WahanaNews-Nias | Mendengar kabar akan adanya dua orang anak penderita stunting tinggal di gubuk reyot berlantai tanah berukuran 3 x 3 meter, membuat Ketua Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPC GAMKI) Kota Gunungsitoli, Karya S Bate'e, tergerak hatinya untuk melihat secara langsung kondisi kedua anak tersebut di Desa Lolowonu Nikootano, Gunungsitoli, Jum'at (15/7/2022).
Florentino Zalukhu, 5, dan Floren David Zalukhu, 3, adalah anak dari pasangan Damianus Zalukhu alias Ama Floren dengan istrinya, harus tinggal di gubuk kecil dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Semarang Raih Penghargaan Terbaik I Penanganan Stunting di Jawa Tengah
Ama Floren yang sehari-hari berkerja sebagai kuli penggali batu hanya berpenghasilan sangat pas-pasan untuk menafkahi keluarganya.
Bahkan, keluarga ini tidak mendapatkan bantuan dari PKH, akan tetapi saat ini mereka hanya mendapatkan bantuan dari pemerintah desa melalui program BLT dan juga telah dibangun jamban dekat gubuk tersebut.
Untuk mencapai rumah Ama Floren, Karya S Bate'e harus berjalan kaki sejauh 200 meter dari pinggir jalan besar dengan mendaki.
Baca Juga:
Bele Mo'o Sehati: Strategi Dinkes Gorontalo Tangani Stunting dengan One Stop Service
Setibanya, bersama sejumlah pengurus GAMKI, Karya S Bate'e, merasa sangat tersentuh melihat kondisi Florentino Zalukhu dan Floren David Zalukhu maupun gubuk tempat tinggal keluarga Ama Floren.
"Rumah ini memang tidak layak huni, sangat memprihatinkan, atapnya rumbia dinding rumahnya juga pada rusak, lantai juga masih tanah," lirih Karya S Bate'e.
Melihat itu, Karya S Bate'e meniatkan untuk merehab gubuk reyot tempat tinggal keluarga Ama Floren menjadi Rumah Layak Huni.