WahanaNews-Nias | Sangat memprihatinkan, mungkin kalimat ini yang tepat untuk menggambarkan melihat kondisi Elivia Sang Putri Waruwu, 3, balita yang menderita gejala hidrosefalus, di Desa Fadoro Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Kota Gunungsitoli.
Sosok Elivia tidak seberuntung anak lain pada umumnya yang lahir dengan kondisi sehat [normal] dan bertumbuh ceria karena mendapatkan asupan gizi cukup.
Baca Juga:
Tiga Balita Tewas Terjebak Saat Kebakaran di Cipinang, Jakarta Timur
Belum lagi kondisi ekonomi keluarga yang serba hidup pas-pasan karena ayah Elivia hanya pengangkut pasir.
Elivia merupakan anak kedua dari pasangan Elikana Waruwu alias Ama Erlin, 35, dan Bestirini Gea alias Ama Erlin, 25.
Gadis kecil ini memiliki dua orang saudara, kakaknya yang pertama berumur 6 tahun, dan adiknya berumur 2 tahun.
Baca Juga:
Kejiwaan Ibu di Jaksel yang Banting Bayi hingga Tewas Diperiksa Polisi
Mendengar kabar itu, usai mengunjungi Desa Hiliweto Idanoi, Desa Tuhegeo, Desa Hilimbowo Idanoi, Kecamatan Gunungsitoli Idanoi dalam rangkaian kegiatan berbagi tali asih. Ketua DPC HIMNI Kota Gunungsitoli, Andhika P. Laoly, bersama sejumlah pengurus langsung ke Desa Fadoro, untuk melihat kondisi Elivia, Sabtu (11/2/2023) sore.
Rumah Elivia berjarak hampir 1 kilometer dari pinggir jalan umum, untuk bisa sampai harus ditempuh dengan berjalan kaki.
Meski berjalan kaki dengan kondisi jalan menurun sedikit curam dan licin, tak mengurungkan niat Andhika bersama pengurus DPC HIMNI Kota Gunungsitoli untuk bertemu dengan Elivia.
Saat tiba, Elivia sedang tidur di ayunan, Andhika pun langsung mengambil Elivia dari ayunan dan menggendongnya.
Ketika digendong Andhika, Elivia tampak tenang sembari sesekali memandang wajah Andhika.
“Sejak lahir dia [Elivia] sudah ada gejala atau kelaianan,” tutur Bestirini Gea alias Ina Erlin.
Ina Erlin bercerita, kalau jidat Elivia sewaktu lahir sangat lembek, dan di dekat telinganya terkadang mengeluarkan cairan. Kalau sakitnya kambuh, matanya memerah, perutnya kembung dan terus-terusan menangis.
“Gejala itu sudah ada sejak dia baru lahir,” kata Ina Erlin dengan wajah sedih.
Terkadang, ungkap Ina Erlin, dia dan suaminya hampir putus asa dengan melihat kondisi Elivia.
“Dokter pernah bilang gejala Hidrosefalus dan harus dioperasi, kami tidak punya uang untuk itu,”
“Jangankan untuk bawa berobat Elivia, untuk kebutuhan sehari-hari kami sering kekurangan,” lirihnya sambil menitikkan air mata.
Suaminya yang hanya sebagai buruh pengangkut pasir berpenghasilan Rp 20 ribu sehari, terkadang itupun tidak ada.
“Kadang kala saya membantu suami untuk mengangkut pasir digerobak,” ujarnya.
Tak hanya itu, rumah kecil dan sangat sederhana yang mereka tempati saat ini adalah milik pamannya.
“Kami dibantu orang paman untuk bisa tinggal di sini, rumah ini dibangun orang paman,” imbuhnya.
Ina Erlin juga memberitahukan jika mereka tidak mendapatkan bantuan apapun selain beras bantuan dari program Presiden Jokowi.
Khusus untuk Elivia, dari pihak Puskesmas setempat juga ikut memperhatian kondisinya dengan memberikan makanan tambahan dan gizi.
“Sebelumnya kami dari Desa Lahemo, Kecamatan Gido, Kabupaten Nias, kami baru tinggal di sini [Desa Fadoro], belum terdata dan sedang diurus oleh pemerintah desa di sini agar terdata supaya kami bisa dapat bantuan,” katanya.
Mendengarkan semua cerita Ina Erlin, Andhika yang masih menggendong Elivia, mengungkapkan rasa prihatin, sambil sesekali Andhika mengusap Rambut Elivia. Lalu Andhika mengembalikan Elivia untuk digendong kembali oleh ibunya.
“Bu Ina Erlin, kami sangat prihatin melihat kondisi Elivia, ini ada sedikit yang bisa kami berikan saat ini untuk Elivia,” kata Andhika sembari memberikan beberapa kotak susu dan vitamin.
Andhika berharap, agar pemberian yang tidak seberapa itu bisa sedikit membantu Elivia dan keluarga.
“Percayalah bu Ina Erlin, jangan putus asa, dan terus berdoa, karena ini semua rencana Tuhan,” ucap Andhika.
Selain memberikan susu dan vitamin untuk Elivia, Andhika juga berikan bantuan tali asih berupa sembako kepada keluarga Ina Erlin.
Menerima itu, Ina Erlin merasa sangat terharu bahagia hingga tak sadar meneteskan air mata.
“Terimakasih Pak Andhika, Terimakasih Pak,” ucap Ina Erlin.
Suasana pun haru, terlihat Andhika Laoly kembali mengusap-usap kepala Elivia. Elivia menatap Andhika dengan begitu tenang.
Usai mengunjungi Elivia, Andhika bersama rombongan beranjak pulang menyusuri jalan yang sebelumnya dilalui dengan menanjak naik. [CKZ]