WahanaNews-Nias | Tahun 2022, Indonesia mencatatkan transaksi Local Currency Settlement (LCS) untuk perdagangan bilateral setara US$ 4,1 miliar, atau Rp 61 triliun (kurs Rp 14.900). Dengan transaksi LCS, perdagangan antarnegara tidak menggunakan dolar AS.
"Total nilai transaksi LCS Indonesia dengan empat negara mitra yang sudah berlangsung totalnya tahun 2022 yang lalu mencapai US$ 4,1 miliar ini menggunakan local currency, melalui mata uang bilateral dengan mitra dagang," kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, dikutip WahanaNews.Id, Senin (5/6/2023).
Baca Juga:
Peran Penting Indonesia dalam Menangani Konflik Laut China Selatan (LCS)
Saat ini Indonesia juga berusaha memperluas kerja sama penerapan LCS dengan berbagai negara, termasuk Jepang dan China. Sebelumnya, Indonesia telah menjalin kerja sama LCS dengan Korea Selatan.
"Selain itu kami terus melakukan upaya-upaya untuk memperluas kerja sama dalam penggunaan local currency transaction dengan berbagai negara baik ASEAN maupun mitra dagang utama lainnya, termasuk dengan Jepang, Tiongkok, dan kami sudah bekerja sama dengan Korea Selatan," ujarnya.
Adapun nilai transaksi LCS US$ 4,1 miliar meningkat hampir dua kali lipat dibanding 2021 sebesar US$ 2,5 miliar. Jumlah tersebut juga naik 10 kali lipat dibanding saat Perry pertama kali menjabat sebagai gubernur BI.
Baca Juga:
Indonesia, Thailand dan Malaysia Kompak Tinggalkan Dollar AS
"Ini meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 2021 yang US$ 2,5 miliar, dan meningkat lebih dari 10 kali lipat dibanding saat kami lakukan implementasi awal, waktu saya menjabat gubernur BI pertama pada waktu itu baru US$ 348,5 juta," tuturnya.
"Kami akan terus perluas kerja sama dengan berbagai negara mitra termasuk dengan Singapura yang tahun lalu kami tandatangan, Korea pada dua bulan lalu, dan perluas dengan negara-negara lain," pungkasnya. [zbr/CKZ]