WahanaNews-Nias | Hari ini, 17 Tahun yang lalu (28/3/2005), merupakan hari bersejarah bagi masyarakat Pulau Nias, peristiwa kelam gempa bumi terbesar kedua di dunia berkekuatan 8,2 skala richter mengguncang Pulau Nias, yang terjadi pada pukul 23.09 WIB.
Dikutip wikipedia.org, pusat gempanya berada di 2° 04′ 35″ U 97° 00′ 58″ T, 30 km di bawah permukaan Samudra Hindia, 200 km sebelah barat Sibolga, Sumatra atau 1400 km barat laut Jakarta, sekitar setengah jarak antara pulau Nias dan Simeulue.
Baca Juga:
Buka Rakernas GAMKI, Jokowi Tekankan Pentingnya Jaga Persatuan di Tahun Politik
Catatan seismik memberikan angka 8,7 skala Richter (BMG di Indonesia mencatat 8,2) dan getarannya terasa hingga Bangkok, Thailand, sekitar 1.000 km jauhnya.
Saat itu, teriakan minta tolong di mana-mana, banyak masyarakat yang terperangkap dibalik reruntuhan bangunan dan bahkan juga tak sedikit mengakibatkan korban jiwa.
Mengenang peristiwa suram itu, Ketua Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (DPC GAMKI) Kota Gunungsitoli, Karya S. Bate'e, mengajak seluruh masyarakat Kepulauan Nias agar momentum ini dijadikan sebagai refleksi dan senantiasa bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya karena kemurahannya semuanya dapat terlewati.
Baca Juga:
Panglima TNI dan Presiden RI di Medan
Ia mengatakan, peristiwa gempa 17 tahun yang lalu menjadi kenangan kelam bagi masyarakat Nias, sekaligus sebagai pengingat untuk selalu waspada dalam menghadapi bencana yang bisa terjadi kapan saja.
"Dengan momentum ini kita diingatkan untuk selalu waspada karena kondisi Pulau Nias yang berada di lokasi titik rawan gempa," ujar Ketua DPC GAMKI Kota Gunungsitoli, Karya S. Bate'e, Senin (28/3/2022) sore.
Pada momentum ini, ia juga mengingatkan bahwa persentase kemiskinan di Pulau Nias masih sangat tinggi, dan berstatus daerah tertinggal.
Oleh karena itu, lanjut dia, diharapkan Pemerintah Daerah di Kepulauan Nias bersungguh-sungguh, berdiskusi, berkoordinasi, dan berkolaborasi dengan banyak pihak dalam menghadirkan program yang berkeadilan untuk percepatan penurunan angka kemiskinan di Kepulauan Nias.
"Kita sudahi kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial, kedepankan aksi dari pada retorika, masyarakat butuh aksi nyata, bukan aksi kata," ujarnya.
Tak lupa, sebagai angkatan muda, ia juga menghimbau kepada pemuda Kepulauan Nias untuk mengambil peran dan turut serta dalam percepatan pengentasan kemiskinan di Pulau ini.
“Pemuda harus bermental kerja, tidak pemalas dan anti hoaks. Kita suarakan, kita dukung dan kita sukseskan program-program pemerintah yang berkeadilan dan pro rakyat,” serunya.
“Jangan hanya lantang mengkritik tetapi tidak memahami keadaan bahkan tidak punya solusi. Mari keluarkan kemampuan terbaikmu untuk menjadi berkat kepada sesama karena Angkatan Muda Kepulauan Nias harus menjadi Motor Perubahan menuju Pulau Nias yang lebih Unggul," pungkasnya. [CKZ]