WahanaNews.co | Mendengar kata psikopat, mungkin membuat Anda merasa ngeri atau merinding. Bagaimana tidak, psikopat sering digambarkan berperilaku kejam dan tanpa perasaan dalam menghabisi nyawa seseorang.
Berdasarkan penelitian yang dikutip wahananews.co dari Insider, individu dengan sifat psikopat sering menggunakan kepribadian palsu untuk berinteraksi dengan orang lain. Terkadang, mereka menggunakan 'topeng' untuk berkamuflase dengan lingkungan sekitar.
Baca Juga:
Ternyata Tanda-tanda Seorang Psikopat Bisa Dikenali Sejak Usia Dini
Sebuah penelitian dari Universitas Cardiff dan Swansea mengungkapkan cara baru untuk menemukan seorang psikopat. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Personality Disorders: Theory, Research, and Treatment, melibatkan 82 pria pelaku gangguan mental.
Para peneliti memeriksa bagaimana pupil mata mereka bereaksi terhadap gambar visual dari adegan dunia nyata, klip suara, dan video ekspresi wajah. Beberapa gambar berkonotasi positif seperti anak anjing, dan gambar lainnya berkonotasi negatif, seperti luka berdarah.
Psikopat dan non-psikopat diawasi dengan seksama, dan hasilnya menunjukkan bahwa pupil mata non-psikopat melebar ketika melihat sesuatu yang menakutkan, sedangkan pupil mata seorang psikopat tidak.
Baca Juga:
4 Tanda Seseorang Bukan Orang Baik Menurut Psikologi, Salah Satunya Sering Bermain Sebagai Korban
Pupil mata dapat menunjukkan apa yang kita pikirkan
Biasanya, pupil mata seseorang akan membesar ketika melihat sesuatu yang mengganggu atau mengancam. Hal ini terjadi karena adanya aliran adrenalin yang disebabkan oleh respons perlawanan.
Mata juga menjadi lebih besar jika kita melihat sesuatu yang menggairahkan, itulah sebabnya pemain kartu sering melihat mata lawan mereka untuk melihat apakah mereka memiliki kartu yang bagus atau tidak.
Namun, hal ini tidak terjadi pada pupil mata orang dengan kecenderungan psikopat. Seorang psikopat cenderung tidak memiliki reaksi yang kuat terhadap sesuatu yang mengerikan, sehingga pupil matanya tidak ikut membesar. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak begitu rentan terhadap perasaan terancam atau takut.
"Pupil mata telah lama diketahui sebagai indikator gairah seseorang. Pupil biasanya membesar ketika sebuah gambar mengejutkan atau membuat kita takut. Namun, respons fisiologis terhadap ancaman ini berkurang pada pelaku psikopat. Ini bisa memberi kita penanda fisik yang jelas untuk mengenali psikopat," kata Dan Burley dari Fakultas Psikologi Universitas Cardiff.
Para ahli juga mengindikasikan bahwa psikopat tidak mengalami emosi seperti yang kita alami. Misalnya, Adrian Raine, seorang profesor kriminologi di University of Pennsylvania dan ahli psikopat, mengatakan bahwa psikopat cenderung tidak memiliki rasa takut.
"Psikopat lebih cenderung menjadi pencari sensasi. Anda tahu, psikopat senang melakukan hal-hal yang berani. Itu karena mereka tidak memiliki rasa takut dan tidak memiliki hati nurani," paparnya.
Kondisi biologis seorang psikopat
Amigdala adalah area otak tempat manusia memproses emosi. Pada orang psikopat, area ini lebih kecil hingga 18%.
Psikopat menunjukkan minimnya aktivitas pada bagian utama otak, termasuk amigdala yang berperan penting dalam mengolah emosi, seperti rasa takut, marah, dan senang.
"Kami tahu bahwa ada kontribusi genetik yang kuat pada area otak, tetapi kami juga tahu bahwa lingkungan sosial dapat memengaruhi otak. Orang-orang yang dilecehkan di awal kehidupan atau yang diabaikan, misalnya, mereka mengalami pengurangan volume amigdala. Itu setidaknya benar pada anak-anak. Jadi bisa jadi gen dan bisa juga lingkungan. Kemungkinan besar, itu kombinasi keduanya," kata Raine.
Menariknya, dalam studi baru, pupil pelaku psikopat merespons secara normal gambar positif seperti pasangan bahagia dan hewan lucu.
Hal ini menunjukkan bahwa psikopat mungkin tidak terkait dengan kurangnya emosi, tetapi berkurangnya kepekaan terhadap informasi yang mengancam. [qnt/CKZ]