WahanaNews-Nias | Sungguh malangnya nasib Fonaha Telaumbanua, 60, seorang pria buta yang hidup sebatang kara tinggal di gubuk kecil ukuran 2 x 3 di Dusun 1, Desa Hilina’a, Kecamatan Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli.
40 tahun yang lalu, pria asal Desa Botohili, Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias Selatan ini merantau ke Gunungsitoli. Ia pun bekerja di percetakan batu bata milik keluarga Armenia Zebua alias Ina Rawati dan tinggal di situ.
Baca Juga:
Benarkah Tangisan Pria Lebih Jujur? Simak Penjelasannya
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, pada tahun 2000 Fonaha Telaumbanua tiba-tiba mengalami sakit sehingga sejak itu ia pun buta.
Lalu pada tahun 2005, sewaktu kedatangan Kapal Rumah Sakit Angkatan Laut Amerika Serikat US NS Mercy datang ke Pulau Nias dalam misi kemanusiaan untuk menolong korban gempa, Fonaha Telaumbanua sempat dibawa keluarga Armenia Zebua alias Ina Rawati untuk berobat di kapal tersebut.
Menurut tenaga medis Kapal rumah sakit Angkatan Laut Amerika Serikat US NS pada saat itu, jika kebutaan yang dialami oleh Fonaha Telaumbanua tidak bisa disembuhkan lagi.
Baca Juga:
Psikologi Pasca Putus: Mengapa Pria Kesulitan Melupakan Mantan Kekasih?
“Dia harus dioperasi, sementara kata dokter usianya sudah tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi mata,” tutur Armenia Zebua alias Ina Rawati, saat kunjungan Ketua Dewan Pimpinan Cabang Himpunan Masyarakat Nias Indonesia (DPC HIMNI) Kota Gunungsitoli, Andhika P Laoly, ke gubuk tempat tinggal Fonaha Telaumbanua, Minggu (29/1/2023) petang.
Dengan kondisi demikian, Fonaha Telaumbanua terpaksa harus hidup dengan kedua bola mata yang tidak bisa melihat.
Karena kasihan melihat kondisinya, warga jemaat setempat dari Komisi Pemuda Gereja BNKP Kramer Hilina’a mencoba membantu membuat gubuk tempat tinggal Fonaha Telaumbanua.