Nias.WahanaNews.co, Gunungsitoli - Marthinus Lase, SH merupakan sosok yang amat akrab bagi Aparatus Sipili Negara (ASN). Lahir di Ombolata (Kec. Gunungsitoli Selatan) 9 September 1957.
Pria yang kerap dipanggil Ama Yorin Lase ini menyelesaikan pendidikan SD hingga SMA di Gunungsitoli dan S-1 di Universitas Jayabaya tahun 1986.
Baca Juga:
Blusukan di Pasar Pagi, Bobby Ajak Masyarakat Gunungsitoli Pilih yang Terbaik
Suami dari Fatinasa Zalukhu, S.KM., M.Kes ini memiliki dua orang anak. Yang pertama dr. Yorient Lase dan kedua Enrico Ifolala Lase, S.Kom akan dilantik menjadi Wakil Ketua DPRD Kota Gunungsitoli periode 2024-2029.
Martinus Lase pensiun dini dari kedinasan di usia 54 tahun. Setelah pensiun, pria yang dikenal kalem ini langsung mendirikan Yayasan Bethesda sebagai cikal bakal RSU Bethesda. Kini rumah sakit swasta itu telah menampung tenaga kerja paling terbanyak di Kota Gunungsitoli.
Tidak tangung-tanggung, jika dibandingkan perusahaan swasta lainnya, RSU Bethesda menampung tenaga kerja sebanyak 350 orang. Sungguh suatu pengabdian tanpa batas, tidak berhenti meski telah memasuki pensiun.
Baca Juga:
Tidak Muluk-Muluk Program Satu Guru Satu Laptop, Sowa'a Laoli: Buat Guru Tidak Boleh Pelit
“Saya melihat bagitu banyak SDM bidang kesehatan di Gunungsitoli, tapi tidak bisa diberdayakan potensi yang mereka miliki. Karena itu, saya tergerak bagaimana mereka bisa bekerja dan kita buat rumah sakit umum,” ucap Marthinus Lase dalam sebuah wawancara dengan Nias.WahanaNews.co beberapa waktu lalu.
Pria yang masa mudanya ini hobi bermain volly menduduki jabatan terakhir dalam ASN sebagai Sekda Kabupaten Nias, dan kini maju sebagai calon Wakil Wali Kota Gunungsitoli mendampingi Calon Wali Kota Sowa’a Laoli, SE., M.Si. pada Pilkada serentak 2024 yang berlangsung 27 November.
Berbekal pengalaman sebagai mantan guru dan juga mantan Kepala Dinas Pendidikan, ia bertekad mengurangi angka penganguran yang masih tinggi di Kota Gunungsitoli.
"Ini menjadi persoalan yang serius dan kita harus melihat dari hulunya apa yang menjadi penyebab sehingga penyelesaiannya dapat lebih terarah," ujar dia.
Menurutnya, persoalannya adalah produksi lulusan SMA/SMK setiap tahun tidak seimbang dengan lapangan kerja dan minimnya kegiatan kewirausahaan para alumni.
Maka untuk itu, kita harus bersinergis dengan provinsi karena SMA/SMK dibawah kewenangan Propinsi. Kita tidak bangga menyekolahkan anak-anak kita di sekolah unggulan di luar pulau Nias. Tapi kita akan bangga bila kita mendorong terbentuknya Sekolah Unggulan di Kota Gunungsitoli," imbuhnya.
Selain itu, Pemerintah Kota Gunungsitoli mempersiapkan Balai Latihan Kerja (BLK) untuk memperkuat atau meningkatkan hards skill dan soft skill tamatan.
“Ini akan menjadi life skill buat mereka sehingga kelak tidak ada ketergantungan terhadap orangtua. Alumni itu kan pasti resah ke mana arah hidupnya setelah tamat. Jadi, pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan solusi. Bahkan untuk iktu seleksi SNPTN atau SNBT saja, musti ikut BT. Jadi, kedepan, kita akan bersinergis agar SMA/SMK betul-betul lebih berkualitas,” kata mantan Wakil Ketua DPRD Kota Gunungsitoli.
Pria yang dikenal santun itu juga merupakan salah seorang tokoh di balik Pemekaran Kota Gunungsitoli saat menjabat Sekda bersama Bupati Nias Binahati Baeha mengungkapkan bahwa Pemko Gunungsitoli harus berupaya mendorong investor hadir di Kota Gunungsitoli dan juga memfasilitasi bagi angkatan kerja dalam Bursa Kerja Khusus (BKK).
Setiap perusahaan, diharapkan bisa kerjasama dengan Pemko Gunungsitoli dalam pengelolaan BKK. Pelatihan melalui BKK, serta memberikan permodalan kepada alumni yang sudah teruji dan tersertifikasi memiliki keahlian utuk menjadi entrepreneurship handal serta juga bagaimana agar mereka menjadi startup pemula yang berbasis teknologi.
“SMA/SMK itu memang secara administratif berada dibawah naungan provinsi, tapi kita harus ingat bahwa yang bersekolah di SMA/SMK adalah anak daerah kita khusus di Kota Gunungsitoli. Kita jangan menjadikan meraka sebagai anak tiri, itu tidak bisa. Pemerintah Kota harus mengambil peran yang tidak menyalahi aturan,” tegas mantan Kadis Pendidikan Kabupaten Nias itu.
Lebih lanjut Ketua DPD Partai Golkar Kota Gunungsitoli ini mengungkapkan yang ada dalam pemikirannya akan memperkuat keberadaan BUMDes di setiap desa.
BUMDes bisa menjadi lokomotif pergerakan ekonomi rakyat, dan pemerintah memfasilitasi dalam pemasaran produksi rakyat. Contohnya, melalui BUMDes, hasil produksi pertanian dapat ditampung dan selanjutnya pemerintah menjembatani para pengusaha dalam membeli produk rakyat dengan nilai jual yang lebih tinggi.
“Selama ini hanya kelompok tertentu yang menikmati keutungan yaitu pengusaha tertentu. Kini saatnya masyarakat menikmati keuntungan dari hasil jerih payah mereka,” kata Marthinus Lase yang pernah meraih beberapa penghargaan diantaranya Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Satya dari Presiden, penghargaan Pemberantasan Bukta Aksara dari Gubernur DKI Jakarta.
Dia mengatakan generasi muda merupakan aset bangsa yang harus ditingkatkan pengetahuannya.
“Untuk itu, kita juga programkan beasiswa bagi anak-anak kita untuk bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” sebut pria yang aktif di beberapa organisasi seperti Ketua BPMJ BNKP Petrus Ombolata, Anggota Persatuan Intelegensia Kristen Indinesia (PIKI) Jakarta.
Bagi dia, pendidikan tidak bisa ditawar-tawar karena untuk memajukan suatu daerah, pendidikan dan kesehatan menjadi fondasinya. Oleh karena itu, pendidikan di semua jenjang dalam kewenangan pemerintah daerah dari TK sampai SMP sederajat, diwajibkan gratis. Tidak ada iuran komite maupun SPP bagi yang tidak mampu, kecuali yang betul-betul mau menyumbang karena aturan juga memperbolehkan.
“Kalau ada penekanan pembebanan iuran, maka bisa dilaporkan kepada kita," tegasnya Marthinus Lase yang telah mengikuti berbagai pelatihan seperti Diklat Politik Dalam Negeri Bagi Pejabat Struktural dan Anggota DPRD, Diklat Administrasi Umum dari Kementrian Pendidikan RI.
Di samping itu, menurutnya guru merupakan ujung tombak kemajuan pendidikan. Karena peran guru tidak bisa tergantikan bahkan oleh Teknologi.
Maka sudah semestinya Pemko Gunungsitoli disamping dibiayai BOSP, diberikan tunjangan buat guru dan PTT honor sekolah. Dan bila perlu, akan dilakukan pelatihan bagi guru agar lebih menguasai kurikulum yang berlaku.
“Kita bisa karena jasanya Guru. Karena itu guru harus kita tingkatkan kemampuannya dan kita perhatikan juga kesejahterannya,” katanya sambil mengenang masa mudanya yang pernah menjadi seorang guru di Jakarta.
Ditambahkannya, ini semua siklus yang memiliki mata rantai, dan bila terwujud adanya entrepreneurship dari kawula muda, hasil produksi masyarakat juga meningkat dengan nilai jual yang tinggi serta ditopang oleh pendidikan yang berkualitas buat generasi muda, maka memiliki efek dalam ekonomi pembangunan daerah kita.
"Ini bukanlah program yang muluk-muluk, namun bisa kita realisasikan bila adanya kebersamaan dengan dukungan dari rakyat”, tutup dia dengan senyum lebar menggambarkan Kota Gunungsitoli yang Hebat dan maju ke depan. [CKZ]