WahanaNews-Nias | Tanpa ada subsidi pemerintah untuk bahan bakar jenis Solar dan Pertalite, harga kedua jenis BBM ini bisa melambung tinggi imbas melonjaknya harga minyak mentah.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, harga keekonomian untuk Solar atau Biosolar saat ini mencapai Rp 18.150 per liter, sementara Pertalite Rp 17.200 per liter.
Baca Juga:
Rencana Kebijakan Pengguna BBM Pertalite-Solar Sudah di Tangan Jokowi
Artinya, untuk setiap liter Solar yang dibeli masyarakat, pemerintah membayar subsidi sebesar Rp 13.000, sementara untuk Pertalite sebesar Rp 9.550.
Untuk Pertamax sendiri, Nicke mengatakan, Pertamina masih membanderol Rp 12.500 per liter. Padahal untuk jenis RON 92 para kompetitornya sudah menetapkan sekitar Rp 17.000 dengan harga keekonomian pasar mencapai Rp 17.950.
"Kita masih menahan dengan harga 12.500, karena kita juga pahami kalau Pertamax kita naikkan setinggi ini, maka shifting ke Pertalite akan terjadi, dan tentu akan menambah beban negara," ujar Nicke, dalam keterangan resminya, belum lama ini (8/7/2022) mengutip wahananews.co.
Baca Juga:
PT Rafi Pratama dan PT Lautan Dewa Energi Bantah Tuduhan Gudang Solar Ilegal
Lebih lanjut Nicke mengatakan, kenaikan harga minyak yang sangat tinggi berimbas pada krisis energi di beberapa negara. Pertamina berusaha membuat perencanaan yang akurat dengan menyeimbangkan aspek ketahanan energi nasional dan kondisi korporasi.
Nicke menjelaskan, pihaknya tak hanya menjaga pasokan secara nasional, tapi juga per wilayah hingga SPBU, karena stok yang diperlukan berbeda untuk jenis produknya.
Kita tidak menyamaratakan jumlah untuk seluruh daerah, tetapi disesuaikan, karena ada daerah yang solarnya tinggi, ada yang Pertalite-nya tinggi, ada juga Pertamax-nya. Ini kita coba lihat satu per satu dengan digitalisasi SPBU," ujarnya.