WahanaNews-Nias | Marak penjualan daging, telur hingga cangkang penyu di Nias membuat salah seorang pemuda bernama Jawaolo Gea berinisiatif melakukan konservasi untuk menyelamatkan penyu dari kepunahan di Kepulauan Nias meski harus merogoh kocek sendiri.
Dari konservasi yang dilakukannya, Jawaolo Gea berhasil melakukan penetasan 28 telur penyu jenis olive ridley.
Baca Juga:
Polda Babel Bersama BKSDA Sumsel Lepasliarkan 400 Tukik Penyu Hijau
Jawaolo Gea menuturkan, telur penyu yang telah menetas tersebut ditemukannya di salah satu pantai yang terletak di daerah Kabupaten Nias. Dari situ, telur penyu ini dibawanya ke penangkaran "Go Nias Capsule", rumah penyu miliknya sendiri yang terletak di jalan Pelud Binaka nomor 219, Simpang Foa, Gunungsitoli Idanoi.
Jawaolo Gea. (Foto: Facebook @ Go Nias Tour)
Baca Juga:
Diduga Ditikam dan Disayat, Polisi Selidiki Matinya Puluhan Penyu di Jepang
"Proses penetasan telur penyu dilakukan secara semi manual, dimasukkan ke dalam wadah atau styrofoam dan timbun dengan pasir laut dalam kurun waktu kira-kira 60 hari hingga telur menetas semuanya," jelas Jawaolo Gea kepada Nias.WahanaNews.co, Selasa (14/6/2022).
Setelah itu, lanjut dia, usai telur menetas, tukik-tukik penyu dijaga selama satu tahun untuk nantinya dilepas ke laut.
"Jadi kita buat kolam terpal air laut ukuran 2x1x0,5 meter, dan kita ganti air laut sekali dalam 4 hari, kita juga beri makanan tukik ikan segar yang sudah kita potong-potong," terangnya.
Lebih jauh, ia menceritakan awal mulanya ia berinisiatif untuk menyelamatkan penyu dari kepunahan pada saat ia bersama sejumlah rekan-rekannya di komunitas selam mengunjungi salah satu pantai di daerah Kabupaten Nias pada 20 Februari 2022 yang lalu.
"Setibanya di lokasi, tak lama saya bertemu dengan penduduk lokal yang ingin menjual telur penyu untuk dikonsumsi, namun entah kenapa saat itu tiba-tiba hati saya tergerak aja untuk menyelamatkan telur-telur penyu ini," ujarnya.
Dan akhirnya, Jawaolo Gea mengatakan, ia pun memutuskan untuk membeli dan rencana menguburkannya langsung di pasir tepi pantai saat itu juga, karena tidak jauh dari sekitar tempat ia menyelam.
"Di situ terlihat sebuah pulau kecil yang cukup terjangkau untuk saya bisa kesana, akan tetapi hanya karena pertimbangan nelayan lokal yang bersama saya saat itu, saya mengurungkan niat tersebut," tuturnya.
"Dia berkata bang nanti kalo dikembalikan toh juga akan diambil orang lain, atau bisa saja telur-telur itu dimakan hewan predator seperti burung atau biawak yang menghuni pulau itu," kata Jawaolo Gea menuturkan.
Nah, berawal dari situlah, kata Jawaolo Gea, ia pun iseng-iseng ngecek internet tentang konservasi telur penyu.
"Ternyata bisa juga dilakukan, penetasan secara semi manual, dan tergeraklah hati saya untuk mencobanya nanti setelah pulang ke rumah," katanya.
"Setibanya di rumah saya langsung mencoba dan memasukkan telur-telur tersebut ke dalam wadah pasir dalam styrofoam lalu saya timbun dalam pasir, dan dalam waktu kurang lebih 2 bulan akhirnya telur menetas satu persatu," ungkapnya.
Berangkat dari pengalamannya ini, Ia pun mengajak seluruh masyarakat agar menjaga dan melestarikan penyu ini agar tidak terancam punah.
"Ayo dukung kami dalam program Konservasi Penyu Nias, anda bisa ikut dalam program adopsi, serta juga dengan tidak memakan telur atau daging penyu dan tidak menggunakan hiasan yang terbuat dari cangkang penyu," harapnya.
"Bagi yang ingin berpartisipasi dalam program adopsi dan konservasi Penyu di Pulau Nias, bisa hubungi kami di WA 0812-6027-4444," ajaknya.
Sambung dia memberitahukan, pada bulan februari 2023 mendatang, akan dilakukan pelepasan tukik penyu ini mereka laut bersama dengan rekan-rekannya yang ikut dalam program adopsi telur penyu.
“Bukan hanya dari lokal saja namun ada beberapa rekan dari luar daerah Nias yakni dari Sukabumi dan Jakarta yang telah mengambil bagian untuk mengadopsi tukik ini, sekaligus mengajak mereka berwisata di Kepulauan Nias nan indah permai,” pungkasnya. [CKZ]