WahanaNews-Nias | Studi eksperimental Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memperlihatkan bahwa Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto memiliki pengaruh signifikan terhadap peningkatan suara PDIP bila diusung sebagai capres 2024.
Sebaliknya, kalau Puan Maharani yang diusung, suara PDIP tidak berubah malah cenderung melemah.
Baca Juga:
DPR Tunda Proses Capim dan Dewas KPK, Tunggu Pengumuman Kabinet Baru
Hasil studi ini dipresentasikan pendiri SMRC Saiful Mujani pada program ’Bedah Politik bersama Saiful Mujani’ bertajuk ”Efek Calon Presiden terhadap Partai” di lansir WahanaNews.co dari YouTube SMRC TV, Kamis (29/9).
Menurut Saiful, penting bagi PDIP untuk mendiskusikan soal siapa yang akan diusung sebagai capres karena partai pimpinan Megawati Soekarnoputri itu memiliki beberapa calon untuk diusung pada Pilpres 2024. Dan penting untuk dicatat bahwa PDIP adalah partai dengan perolehan suara terbanyak dalam dua pemilu terakhir.
Pertanyaan teoretisnya, kata Saiful, adalah efek ekor jas. Partai yang mengusung calon bagus biasanya ikut terangkat maka suaranya. Sebaliknya, jika mencalonkan tokoh yang buruk, suara partai tidak bisa terangkat atau bahkan memiliki pengaruh negatif terhadap partai tersebut. Karena itu, pilihan partai terhadap calon adalah pilihan strategis bagi partai itu sendiri. Ini berlaku untuk semua partai.
Baca Juga:
DPR Restui Pemberhentian Budi Gunawan, Herindra Resmi Jabat Kepala BIN
”Ini berbeda dengan Gerindra misalnya, yang sudah menetapkan Prabowo Subianto sebagai calon presiden definitif. Begitu pun dengan Golkar yang belum memiliki calon lain selain ketua umumnya, Airlangga Hartarto,” kata Saiful dalam
Untuk menjawab apa efek calon pada perolehan suara partai, SMRC melakukan studi eksperimental untuk melihat hubungan kausalitas antara calon dan partai. Survei dilakukan secara tatap muka pada 5-13 Agustus 2022 dengan responden berjumlah 1.220 dengan margin of error ± 3,1% pada tingkat kepercayaan 95%.
Dalam studi ini, pertama-tama yang diuji adalah variabel kontrol (T0), yakni pilihan pada PDIP. Ada 28 persen yang menyatakan akan memilih PDIP, yang menyatakan tidak akan memilih 43 persen, dan tidak tahu 29 persen.