WahanaNews-Nias | Jumlah perokok anak setiap tahunnya di Indonesia terus meningkat. Ketua Tobacco Control Support Center (TCSC) IAKMI, dr. Sumarjati Arjoso mengungkapkan, jumlah perokok pada anak di bawah 18 tahun jumlahnya terus naik sepanjang periode 2013-2019.
Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes, dan Sentra Informasi Keracunan Nasional (Sikernas) BPOM menyatakan, ada tiga dari empat orang mulai merokok di usia kurang dari 20 tahun.
Baca Juga:
YLKI: Konsumen Lebih Aman dengan Kebijakan Kemasan Polos pada Rokok
Pada 2013 prevalensi perokok anak mencapai 7,20 persen dan kemudian naik menjadi 8,80 persen pada 2016
Berikutnya angkanya mencapai 9,10 persen pada 2018 dan sebanyak 10,70 persen pada 2019.
Jika tidak dikendalikan, menurut Sumarti, prevalensi perokok anak akan meningkat hingga 16 persen pada 2030.
Baca Juga:
Malang Nasib Istri Korban KDRT di Tangerang, Disundut hingga Ditusuk lalu Diusir
"Kami audiensi ke BKKBN bertemu Pak Hasto ingin mendapatkan masukan, karena seperti kita ketahui prevalensi tembakau pada anak remaja sulit sekali untuk dikendalikan," ujar Sumarjati di Jakarta, Jumat (5/8/2022) melansir wahananews.co.
Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mendukung penuh upaya IAKMI dalam menekan prevalensi perokok pada anak.
Hasto menegaskan, rokok erat kaitannya dengan stunting. Dia pun menyinggung bayi yang lahir panjang badan kurang dari 48 sentimeter masih di angka 22,6 persen.