"Di produksi dengan bahan unggulan pilihan dan tidak berbahan dasar limbah peternakan atau pertanian. Tidak hanya itu, pupuk organik Benteng Tani juga diperkaya dengan kultur Mikroorganisme unggulan yang berfungsi sebagai penambat Nitrogen bebas dan dilengkapi dengan bahan pangan untuk Mikroba selama dalam proses bekerja sebagai pengurai di dalam tanah sehingga Mikroorganisme di dalam produk tidak bergantung hanya pada bahan organik tanah, pemecah pospat, bakteri pengurai dan pelindung tanah," jelas Rizal.
Saat berbincang-bincang dengan Kepala Dusun VI, Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Sukardi, Kepala Dusun V, Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Aminan, dan Kepala Dusun 1, Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Repelita Sitepu, menyampaikan kepada Dr. Hinca I.P. Panjaitan XIII, mengenai harga jual sawit saat ini di pasaran terjun bebas dengan harga Rp 800 per kilo, harga tersebut, Repelita Sitepu mengaku tidak sebanding dengan pengeluaran (cost) yang telah dikeluarkan oleh para petani sawit.
Baca Juga:
Hinca Panjaitan XIII Minta Menteri Pertanian RI, Gubsu, Bupati dan Stakeholder Dorong Kemajuan Pupuk Benteng Tani
Ditempat yang sama, Kepala Dusun V, Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, Aminan yang juga sebagai petani sawit ini mengaku memiliki ladang seluas 6 Rante di lahan tersebut ditanami sawit dan menggunakan pupuk organik Benteng Tani setelah memasuki masa panen ia mengaku hasil panennya memuaskan dengan mencapai 700 Kg, sementara di lahan seluas 1 hektar tersebut ditanami sawit dan tidak menggunakan pupuk Benteng Tani melainkan memakai pupuk kimia lainnya dan hasil panennya hanya mencapai 500 Kg sekali panen.
Sementara, Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat ini mengaku konsen dengan pertanian terutama pada aspek ketahanan pangan yang 10 tahun terakhir ini menjadi isu Nasional karena banyak hal, baik mengenai harga minyak CPO (Crude Palm Oil) atau sawit yang tidak stabil naik dan turun, tapi juga banyak faktor lain seperti cost produksi yang tinggi sekali disebabkan kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak), kemudian pupuk mengalami kelangkaan.
"Saya menganggap ini menjadi suatu ancaman terbesar bagi ketahanan pangan dan ketahanan ekonomi yang bisa berdampak pada ketahanan sosial politik di Indonesia. Oleh karena itu, saya sangat konsen betul terhadap kondisi tersebut," ungkap Hinca I.P. Panjaitan XIII.
Baca Juga:
Hinca Panjaitan di Langkat: Benteng Tani Inovasi Anak Negeri, Negara Harus Mendukung
Sebelumnya, Hinca telah bertemu dengan Manager Marketing PT. Karunia Rotorindo Tani, Tenno Purba dan bercerita tentang adanya pabrik organik yang dibangun putra-putra terbaik Sumatera Utara di Dusun VI Menjahong, Desa Raja Tengah, Kecamatan Kuala, Kabupaten Langkat, lalu ia melakukan kunjungan kerja ke pabrik pupuk organik Benteng Tani tersebut.
"Setelah saya tinjau sangat luar biasa, ini hasil karya anak bangsa sendiri yang mampu berinovasi membuat pupuk dengan campuran buah-buahan dan air kelapa serta bahan lainnya yang kemudian difermentasi selama dua bulan hingga menghasilkan pupuk organik yang kualitasnya cukup bagus sekali untuk kesuburan tanah dan juga kesehatan tanaman, sehingga menghasilkan hasil panen yang terbaik," ungkap Hinca.
Selain itu juga dapat mengurangi cost produksinya 30 - 40 persen dari total per hektar lahan sawit para petani. Tidak hanya itu, hasil yang didapatkan para petani sawit juga dapat naik 80 sampai 100 persen jika pengunaan pupuk organik Benteng Tani dilakukan dengan baik.