Tradisi ini membutuhkan biaya besar karena selain memotong hewan ternak, acara dilaksanakan hingga beberapa hari. Semua etnis Batak melaksanakan tradisi Mangokkal Holi, meski nama dari tradisi ini berbeda-beda tiap etnis, yaitu etnis Toba dan Simalungun menyebutnya Mangokkal Holi, pada etnis Karo disebut dengan Nampakken Tulan, serta etnis Pakpak mengenalnya tradisi Mengkurak Tulan.
Namun, inti dan tujuan dari tradisi ini sama, untuk mempertahankan silsilah garis keturunan marga, dan juga menunjukkan eksistensi dan taraf hidup keluarga yang melaksanakannya. Selain itu mereka percaya, dengan menempatkan leluhur di tugu adalah bukti bahwa para penerus dari leluhur tidak pernah lupa dengan nenek moyangnya.
Baca Juga:
Kepulangan Jamaah Haji di Pandan, Tapteng: Suatu Tradisi Baru yang Penuh Makna
3. Tarian Sigale-gale
Sigale-gale adalah boneka kayu menyerupai manusia, dan biasanya patung ini berada di rumah adat Batak Desa Tomok. Boneka ini digerakkan oleh manusia yang berada di belakang patung Sigale-gale.
Tarian Sigale-gale dari Suku Batak. (Foto/net)
Baca Juga:
Pagelaran "Nyi Pohaci Ngaraksa Diri" Warnai Upacara Adat Ngalaksa
Menurut legenda masyarakat suku Batak, Sigale-gale adalah putra tunggal kesayangan dari raja Rahat. Namun Sigale-gale meninggal karena sakit. Raja merasa sangat kehilangn anaknya, kemudian demi mengobati kesedihan raja, maka dibuatlah sebuah boneka kayu yang menyerupai Sigale-gale.
Kemudian diadakan ritual memanggil arwah Sigale-gale, sehingga boneka itu bisa menari-nari dengan iringi musik adat Batak. Kini, tarian boneka kayu ini menjadi daya tarik wisata, dan boneka digerakkan oleh 2 atau 3 orang.