WahanaNews-Nias | Peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Hermawan Sulistyo menilai karakter kepemimpinan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memiliki kemiripan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Jenderal Sigit ini seperti Jokowi, mirip, karakternya mirip, Jawa banget," kata pria yang kerap disapa Prof Kiky itu dalam siaran daring YouTube Podcast Rubrik, sebagaimana keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, melansir WahanaNews.co, Kamis (13/10).
Baca Juga:
Gandeng Artis Mantan Pengguna, Kapolri Bakal Aktifkan Duta Antinarkoba
Ia menyebut bahwa Listyo juga memiliki pembawaan karakter yang mirip dengan Jokowi.
"Kita lihat awal pemerintah Jokowi sama, dicaci maki, pelan-pelan. Jenderal Sigit itu kayak gitu, kalem," ucapnya.
Pria yang juga menjabat sebagai penasihat Kapolri itu mengatakan ketegasan Listyo bisa terlihat dalam tindakannya memecat Ferdy Sambo dan sejumlah perwira lainnya yang terlibat dalam kasus pembunuhan Brigadir J.
Baca Juga:
Polri Harus Tetap Independen, Wacana Pengalihan ke Kemendagri atau TNI Dinilai Bertentangan dengan Prinsip Demokrasi
Selain itu, ujarnya lagi, Listyo juga bertindak cepat mengusut tragedi Kanjuruhan yang menewaskan lebih dari seratus orang, salah satunya dengan mencopot Kapolres Malang hingga menetapkan enam orang sebagai tersangka.
Dengan karakter kepemimpinannya itu, ia pun meyakini Listyo mampu mengembalikan kepercayaan publik terhadap Polri usai kasus Ferdy Sambo dan tragedi Kanjuruhan mencuat.
"Saya optimis bisa mengembalikan kepercayaan publik," ucapnya.
Ia juga menyebut bahwa Jokowi tak mungkin memilih Listyo menjadi Kapolri tanpa melihat latar belakang dan kapasitasnya.
Menurutnya, Jokowi pasti memiliki keyakinan Listyo sanggup memperbaiki Polri.
Meskipun bagi banyak orang menilai lambat, ia mengatakan Listyo sangat hati-hati dalam bertindak. Menurutnya, jenderal polisi bintang empat itu memiliki karakter lambat namun tegas.
"Langkah-langkah pelan, tapi sistematik, terus ujung-ujungnya berani tegas itu ada pada dia (Listyo Sigit)," ujarnya.
Ia kemudian menimpali, "Kalau bergerak terlalu cepat sistem akan terguncang".
Hermawan menegaskan pula bahwa keberadaan Polri sebagai tiang penyanggah demokrasi Indonesia masih dibutuhkan hingga saat ini.
"Kita masih memerlukan penjaga penjaga demokrasi, terutama dalam sisi polisi," katanya. [rin/CKZ]