Oleh Faudugonasokhi Ndruru (Mahasiswi S1 Teologi STT Yestoya Malang)
Baca Juga:
Polisi Tangkap 3 Pelaku yang Bacok dan Lindas Pelajar SMA di Bekasi
PULAU Nias (bahasa Nias: Tanö Niha) adalah sebutan untuk pulau dan kepulauan yang terletak di sebelah barat Pulau Sumatra, Indonesia, dan secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Sumatra Utara. Pulau Nias terkenal dengan budaya berperangnya.
Meskipun saat ini telah berada di era modern, suku Nias tetap mempertahankan adatnya dan mereka masih terus menjalankan kehidupannya seperti yang dilakukan nenek moyangnya.
Secara pandangan umum suku Nias, dikenal dengan mayoritas memeluk agama Kristen yang sudah sangat lama di anut oleh masyarakat Nias dan dikenal sangat kental dengan adat yang masih terjaga utuh sampai sekarang oleh setiap penerus.
Baca Juga:
Tawuran Dua Kelompok di Bekasi, Pelajar Dibacok dan Dilindas Motor
Pada hari Sabtu tanggal 9 Oktober 2021, sekitar pukul 11 WIB terjadinya tawuran penganiayaan di salah satu sekolah di pulau Nias. Anak-anak sekolah ini telah melakukan hal yang tidak diinginkan di tengah masyarakat dan telah menyakiti hati orang tua yang anaknya menjadi korban atas ketidak acuhan mereka saat itu.
Jumlah siswa yang terlibat tawuran diperkirakan kurang lebih 200 orang. Kasus tawuran ini mendapat banyak komentar dari beberapa masyarakat supaya ditegaskan hukum atas mereka mereka yang tersangka supaya hati keluarga korban tidak tersakiti (bersedih hati).
Humas Polres Nias Selatan mengatakan bahwa anak-anak yang ikut serta dalam kegiatan tawuran tersebut akan dikenakan sanksi tegas supaya tidak terjadi hal yang sama di kalangan anak sekolah masyarakat Nias.
Anak anak yang telah diamankan saat itu oleh pihak berwajib yaitu MG, 16, siswa SMKN 1 Teluk Dalam, AG, 14, siswa SMK Swasta Kampus, BW, 18, siswa SMA Swasta Kampus, Riski Laia, 17, siswa SMK Mitra Kasih, B,16, tidak Sekolah, EB, 17, Siswa SMA Mitra Kasih, PH, 16, siswa SMA Swasta Bintang Laut.
Meskipun kasus ini telah ditangani oleh pihak berwajib, hal ini tetap membuat masyarakat Nias geram melihat perbuatan anak-anak sekolah itu yang membuat kegaduhan disaat sedang memakai seragam sekolah saat itu pada tanggal 9 Oktober 2021 (tawuran).
Bahkan, ada beberapa orang remaja yang ikut serta dalam kasus ini yang tidak termasuk anak sekolah. Kasus tawuran di kalangan remaja ini membuat nama pulau Nias menjadi rusak terutama nama sekolah tersebut.
Kasus penganiayaan di kasus ini tentu hal yang tidak boleh kita biarkan begitu saja. Pada kasus ini polres Nias Selatan telah bersikap tegas menghukum remaja-remaja yang ikut serta dalam kegiatan penganiayaan (tawuran) tersebut.
Dalam kehidupan anak remaja, sekarang ini banyak hal hal yang kadang terjadi diluar kendali. Banyak sekali perilaku remaja yang mengganggu kedamaian kehidupan bermasyarakat seperti terjadinya pembunuhan, pencurian , tawuran anak-anak terpelajar, dan penganiayaan dan lain-lain.
Perilaku semacam ini salah satunya yang melanggar norma-norma yang ada di dalam masyarakat. Norma yang telah ada di dalam masyarakat ada supaya menciptakan suasana yang harmonis di tengah-tengah masyarakat dan keluarga.
Namun semakin lama semakin memprihatinkan sekali kehidupan masyarakat (Nias) saat ini karena adanya perilaku-perilaku yang menyimpang dari norma-norma yang ada di tengah masyarakat Nias saat ini. Seperti contohnya peristiwa tawuran di kalangan remaja (9/10/22) di Nias.
Dari peristiwa di atas, tindakan anak-anak remaja itu sangat melanggar nilai-nilai Pancasila yang berlaku di bangsa Indonesia. Menurut Notonegoro (2013), nilai-nilai pancasila termasuk nilai kerohanian yang menyangkut nilai material dan nilai vital.
Dengan demikian, nilai-nilai pancasila yang tergolong nilai kerohanian yaitu mengandung nilai keindahan atau estetis, nilai kebaikan atau nilai moral.
Dalam peristiwa ini anak-anak remaja itu tidak melestarikan nilai kerohanian atau ke Tuhanan di bangsa Indonesia. Menurut Moh Yamin (1945) nilai-nilai Pancasila yaitu peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan dan kesejahteraan rakyat.
Menurut pemahaman di atas kita dapat pahami bahwa peristiwa yang telah terjadi itu sangat bertentangan dari nilai-nilai Pancasila. Nilai Pancasila sila yang ke 3 yaitu persatuan Indonesia, salah satunya nilai Pancasila yang mencerminkan kehidupan masyarakat.
Namun kurang dilestarikan di dalam kehidupan anak-anak remaja terutama di Nias Selatan saat ini. Perilaku yang dilakukan oleh sekelompok anak-anak remaja itu, sikap yang bertentangan dengan nilai Pancasila. Kurangnya sikap yang merespon nilai Pancasila dengan baik. Tawuran yang telah terjadi suatu hal yang membuat banyak orang menjadi korban, terjadi pembunuhan, luka-luka dan lain-lain.
Hal ini sangat diprihatin karena sikap seperti ini sangat bertentangan dengan sila ke 1 yaitu ke Tuhanan yang Maha Esa. Tawuran pelajar terjadi di karenakan kurangnya memiliki sikap nasionalisme dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Ernest Renan Nasionalisme adalah memiliki kehendak untuk bersatu dan bernegara. Menurut Otto Bauar Nasionalisme adalah suatu persatuan perangai atau karakter yang timbul karena perasaan senasib.
Dari kedua pemahaman nasionalisme di atas pembaca kita dapat pahami bahwa cara menolak kekerasan yang telah terjadi yaitu harus memiliki sikap rasa nasionalisme dalam kehidupan bermasyarakat. Memiliki perasaan yang mau menerima orang lain dan perasaan senasib.
Dari peristiwa yang telah terjadi di atas seharusnya anak-anak remaja di Nias, belajar memiliki hidup yang bersosialisasi. Dan bukan hanya saja khusus untuk anak remaja di pulau Nias tetapi kepada seluruh anak-anak muda bangsa Indonesia.
Menerima sesama teman, menyelesaikan setiap persoalan dengan kepala dingin tanpa menyimpulkan setiap persoalan dengan kekerasan seperti yang telah terjadi di Nias. Dan juga harus melestarikan sikap nasionalisme, memiliki hidup rukun tanpa memandang rendah orang lain.
Jadi dari penjelasan yang sudah dipaparkan di atas tentang peristiwa yang telah terjadi di salah satu sekolah di Nias, dapat kita simpulkan bahwa sikap hidup rasa nasionalisme memiliki dampak yang harmonis bagi kehidupan masyarakat dan keluarga kita.
Nasionalisme memiliki perasaan yang mau bersatu dan perasaan senasib. Jadi hal mengatasi peristiwa tersebut memiliki sikap rasa nasionalisme. [CKZ]