WahanaNews-Nias | Sebanyak 39 orang dari Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Katolik (KKG-PAK) tingkat Sekolah Dasar (SD) Kabupaten Nias, mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Nias, Provinsi Sumatera Utara, dalam rangka meningkatkan kompetensi bertempat di Museum Pusaka Nias, Jl. Yos Sudarso Ujung No.134-A, Gunungsitoli, Jum'at (1/7/2022) pagi.
Dari 39 orang jumlah peserta, terdiri dari Guru Agama Katolik Kantor Kemenag Kabupaten Nias sebanyak 31 orang ditambah dengan Tim 8 orang.
Baca Juga:
Tips Agar Siswa Suka Belajar Matematika
Mengawali laporannya, Ketua KKG-PAK Tingkat SD Kabupaten Nias, Arlina Hulu, sekaligus sebagai Ketua Panitia Pelatihan KKG-PAK, menyampaikan bahwa dasar pelaksanaan kegiatan ini adalah sesuai dengan Surat Keputusan Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Nias, No: 03/KK.02.11/ND.01.1/ 2022 Tanggal 15 Februari 2022 tentang kepengurusan KKG-PAK TK SD lingkup kantor Kementrian Agama Kabupaten Nias tahun 2022 dan telah dikukuhkan pada tanggal 04 April 2022.
Selanjutnya hasil koordinasi kepada kepala seksi Bimas Katolik bersama para Pengawas, serta Staf Bimas Katolik Kantor Kementrian Agama Kabupaten Nias, tanggal 07 April 2022 tentang pemilihan kepanitiaan, narasumber serta pemantapan persiapan pelaksanaan kegiatan pelatihan KKG- PAK tingkat SD tahun 2022.
"Berdasarkan Keputusan dan hasil koordinasi itu, sebagai narasumber dalam pelatihan ini yakni Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Hiliduho, Tema'sokhi Telombanua, dan Kasubbag Tata Usaha Kantor Kementrian Agama Kabupaten Nias, Robert Arozatulo Zebua," terang Arlina Hulu mengakhiri laporannya.
Baca Juga:
Mendikdasmen Umumkan Mulai 2025 Guru PPPK Bisa Mengajar di Sekolah Swasta
Pada kesempatan yang sama, usai Ketua KKG-PAK Tingkat SD Kabupaten Nias menyampaikan laporannya, Kepala kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Nias, Muhammad Rosyadi Lubis membuka secara resmi kegiatan pelatihan tersebut.
Melalui kata arahan dan bimbingannya, Muhammad Rosyadi Lubis, mengatakan bahwa materi dalam kegiatan kali ini terkait penyusunan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit (DUPAK) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) ditambah lagi dengan Moderasi Beragama.
"Untuk tingkat Kemenag, kemarin waktu kita mengupload SKP kita terakhir tahun 2021, kalau memang seluruh ASN di Kemenag diminta untuk mengupload datanya di simpeg 5," kata Muhammad Rosyadi Lubis.
"Ini bertujuan supaya nampak riil berapa ASN di Kemenag, karena banyak data yang mengatakan dia pegawai tapi SK-nya tidak ada sehingga negara banyak yang membayar gaji pegawai tapi tidak bisa dipertanggungjawabkan, jadi lewat kegiatan ini semakin nyata, semakin riil berapa sebenarnya jumlah ASN di Republik kita ini," ujarnya.
Kemudian, lanjut Muhammad Rosyadi Lubis, supaya ketika ASN mau pensiun tidak sibuk mencari data, mulai dari data PNS mengangkat pertama sampai pada data-data yang lain seperti data keluarga dan data jabatan.
"Semua sudah ada di dalam simpeg 5 kita masing-masing," sebutnya.
Lanjut dia, Ini menunjukkan bahwa sebagai ASN itu terutama sebagai guru harus betul-betul menjadi ASN yang profesional, salah satunya adalah dengan mengisi kelengkapan data.
Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) ini sangat penting, di antaranya untuk meningkat kompetensi guru, yaitu bagaimana guru-guru punya kompetensi yang baik dalam menyampaikan bahan ajarnya sehingga guru-guru memiliki tingkat profesionalisme yang semakin baik.
Dan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam menyelenggarakan pendidikan yang proaktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.
"Jadi salah satu tuntutan dari kegiatan KKG ini adalah bagaimana guru itu bisa mentransfer ilmunya tapi dengan metode yang menyenangkan kepada siswa," jelasnya.
Sementara itu, masih di tempat yang sama, KTU Kantor Kemenag Kabupaten Nias, Robert Arozatulo Zebua, yang juga sebagai narasumber pada pelatihan ini, dalam pemaparannya mengatakan bahwa hidup beragama memiliki keberagaman, dan akibat dari keberagaman tersebut maka adanya moderasi beragama, supaya tidak ada yang mempertahankan paham masing-masing.
Seterusnya keberagaman ini adanya budaya, ras, suku dan tradisi. Akibat dari ini, sering terjadi gesekan sosial, yang disebabkan oleh perbedaan cara pandang masing-masing dengan keagamaan.
Moderasi bertujuan untuk mencegah dari sikap dan praktek paham-paham radikal yang berpotensi menjadi gangguan kerukunan beragama. Sekarang hampir dicampurkan urusan agama dengan urusan politik, apa lagi ini menjelang tahun pokitik, ada saja orang-orang dan kelompok-kelompok yang membawa-bawa nama agama.
"Tadi saya baca di berita ada G20 yang akan dihadiri oleh Presiden Rusia yaitu Vadlimitir Putin, dan sekarang mulai ada gerakan, gesekan di Jakarta," katanya.
"Apakah kerena dia (Putin) Ortodoks?, atau karena dia menyerang Ukraina, maka dia ditolak?, apa hubunganya, inilah paham-paham radikal itu," ujarnya.
'Maka tujuan moderasi ini adalah mencegah sikap dan praktek paham-paham keagamaan yang seakan-akan hanya agamanya yang paling benar. Memang, kita di Katolik masih belum terdapat, namun justru yang terjadi dengan kita adalah gesekan antara umat," ujarnya.
"Jadi ini literasi keagamaan, artinya kita mampu memahami ajaran agama kita, budaya toleransi antar sesama bagai mana kita menghargai orang lain dalam menjalankan ibadah keyakinannya," katanya.
Dalam kesempatan itu, ia mengingatkan jika dua minggu lagi umat muslim akan merayakan hari raya kurban. Menurutnya, sebagai sesama umat beragama harus saling menghargai.
"Bagaimana kita bisa melibatkan diri dalam hal ini, bagaiman kita bisa memberi dukungan setidak-tidaknya bagaimana kita menghargai hari raya saudara kita umat muslim," imbuhnya.
Selanjutnya, sambung dia, saat ini kerap terjadi kekerasan, bukan hanya di luar tetapi juga di dalam rumah tangga yang disebut dengan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).
"Dalam keluarga, memukul anak harus kita hindari, seterusnya akomodatif budaya terhadap budaya lokal, kalau di Katolik sudah lama dengan istilah ilmu toleransi, kita menjadikan toleransi itu menjadi sarana untuk mewartakan injil, mewartakan ajaran cinta kasih, jadi inilah akomodatif dalam kehidupan sehari-hari," katanya.
Menyambung KTU Kantor Kemenag Kabupaten Nias, Robert Arozatulo Zebua, Kasi Bimas katolik Kemenag Kabupaten Nias, Emanuel Hia, menyampaikan terimakasih kepada Kakanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Utara melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) pembimas Sumatra Utara yang masih memberi kesempatan untuk mengadakan pelatihan dalam Kelompok Kerja Guru (KKG).
"Artinya bahwa Kakanwil melalui pembimmas terus memberikan perhatian bagi kita dan ada komitmen untuk terus membangun melalui pelatihan dan kompetensi bapak dan ibu guru," katanya.
Menurutnya, kehadiran seorang guru sangatlah dan harus diberikan ketrampilan-keterampilan khusus, keahlian-keahlian yang terus menerus kita perbarui sehingga keberadaan guru agama mampu menjawab persoalan-persoalan siswa.
"Kami berharap mari kita manfaatkan waktu tidak terlalu lama ini untuk mengambil makna untuk menjadi bekal kita dimasa yang akan datang," harapnya mengakhiri. [CKZ]