Lebih jauh, ia menceritakan awal mulanya ia berinisiatif untuk menyelamatkan penyu dari kepunahan pada saat ia bersama sejumlah rekan-rekannya di komunitas selam mengunjungi salah satu pantai di daerah Kabupaten Nias pada 20 Februari 2022 yang lalu.
"Setibanya di lokasi, tak lama saya bertemu dengan penduduk lokal yang ingin menjual telur penyu untuk dikonsumsi, namun entah kenapa saat itu tiba-tiba hati saya tergerak aja untuk menyelamatkan telur-telur penyu ini," ujarnya.
Baca Juga:
Polda Babel Bersama BKSDA Sumsel Lepasliarkan 400 Tukik Penyu Hijau
Dan akhirnya, Jawaolo Gea mengatakan, ia pun memutuskan untuk membeli dan rencana menguburkannya langsung di pasir tepi pantai saat itu juga, karena tidak jauh dari sekitar tempat ia menyelam.
"Di situ terlihat sebuah pulau kecil yang cukup terjangkau untuk saya bisa kesana, akan tetapi hanya karena pertimbangan nelayan lokal yang bersama saya saat itu, saya mengurungkan niat tersebut," tuturnya.
"Dia berkata bang nanti kalo dikembalikan toh juga akan diambil orang lain, atau bisa saja telur-telur itu dimakan hewan predator seperti burung atau biawak yang menghuni pulau itu," kata Jawaolo Gea menuturkan.
Baca Juga:
Diduga Ditikam dan Disayat, Polisi Selidiki Matinya Puluhan Penyu di Jepang
Nah, berawal dari situlah, kata Jawaolo Gea, ia pun iseng-iseng ngecek internet tentang konservasi telur penyu.
"Ternyata bisa juga dilakukan, penetasan secara semi manual, dan tergeraklah hati saya untuk mencobanya nanti setelah pulang ke rumah," katanya.
"Setibanya di rumah saya langsung mencoba dan memasukkan telur-telur tersebut ke dalam wadah pasir dalam styrofoam lalu saya timbun dalam pasir, dan dalam waktu kurang lebih 2 bulan akhirnya telur menetas satu persatu," ungkapnya.