WahanaNews-Nias | Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sebelumnya menyebutkan bahwa aksi yang digelar oleh PA 212 itu merupakan politik sesaat.
Sekretaris Majelis Syuro PA 212 Slamet Ma'arif buka suara atas kritikan yang dilontarkan oleh PBNU terkait aksi yang dilakukan Persatuan Alumni 212.
Baca Juga:
GNPF Ulama hingga PA 212 Enggan Dukung Prabowo di Pilpres
"Kan dari dulu PBNU itu kalau kita yang aksi dibilangnya politik-politik begitu. Emang lagunya dari dulu. Padahal NU sendiri yang selama bermain politik," ujar Slamet dilansir dari WahanaNews.co, Sabtu (5/11).
Dalam hal itu, Slamet menjelaskan bahwa serangkaian yang telah dan akan dilakukan oleh PA 212 itu bukan sifatnya sesaat. Namun, itu aksi dilakukan untuk mengkritisi dan mengingatkan pemerintah terkait kebijakan yang telah diambil.
"Setiap ada kebijakan pemerintah yang memang membahayakan negara, termasuk UU yang soal Omnibus Law, kemudian kenaikan BBM yang sekarang itu, kita pasti turun. Kita sebetulnya memang gerakan moral, untuk menjadi pengingat pemerintah, mengkritisi kebijakan pemerintah supaya tidak semena-semena," kata dia.
Baca Juga:
Bantah Kabar Dukung Ganjar, PA 212 Menunggu Komando Rizieq Shihab
"Jadi biarlah PBNU ngomong apa, anjing menggonggong kafilah berlalu. Kita tetap jadi kafilah saya, biarkan mereka jadi apanya lah ya," sambungnya Tak hanya itu, Slamet menjelaskan terkait pernyataan PBNU menyoal politik identitas.
Padahal, menurut Slamet, politik identitas itu merupakan sebuah hal yang wajar.
"Sesungguhnya kalau orang ngomong anti politik identitas, itu sebenarnya dia sudah enggak punya identitas, itu biasanya berlaku untuk kita tapi tidak untuk yang lain. Kan tidak ada di negeri ini yang tidak pakai identitas. NU sendiri kemana-mana bawanya Gus Dur, Identitas juga kan? PDIP dengan Soekarno-nya. Demokrat dengan SBY-nya. Sesungguhnya sah-sah saja," ujar Slamet.