WahanaNews-Nias | Epidemiolog Dicky Budiman wanti-wanti akan potensi terjadinya gelombang ketiga Covid-19. Pasalnya, masih ada kelompok masyarakat yang rentan terjangkit Covid-19.
"Sekali lagi potensi gelombang 3 itu sangat jelas dan sulit untuk dihindari. Karena bicara potensi gelombang bicara adanya kelompok masyarakat yang masih rawan. Belum memiliki imunitas atau meskipun sudah memiliki imunitas, dia menurun imunitasnya, proteksinya," katanya, Minggu (23/1/2022).
Baca Juga:
Gelombang Ketiga Covid-19, Akad dan Pesta Pernikahan di Gedung Dibatasi
"Misalnya dari vaksinasi kan jelas menurun setelah 5 bulan ke atas. Atau setelah terinfeksi pun atau bahkan setelah terinfeksi dan sudah divaksinasi, sama menurun. Nggak ada yang bertahan lama. Itu fakta dari Corona," lanjut dia.
Faktor lain yang juga meningkatkan potensi gelombang ketiga, yakni varian Omicron. Yang memiliki kelebihan bisa menginfeksi orang yang sudah divaksinasi. Juga bisa menginfeksi orang yang memiliki antibodi. Itulah kelebihan Omicron.
"Karena itu, potensi adanya lonjakan kasus yang disebabkan Omicron ini sudah sangat jelas. Apalagi Omicron ini hingga 4 kali lebih banyak kasus infeksinya dibandingkan Delta juga kecepatannya 2 kali lebih cepat daripada Delta. Itu dari riset-riset yang ada sekarang.
Baca Juga:
Covid-19 Melonjak, Gubernur Ridwan Kamil Evaluasi PTM 100 Persen di Jawa Barat
Karakter Omicron yang demikian, bisa mengakibatkan jumlah kasus infeksi yang ada di masyarakat pecah rekor. Tidak saja di negara-negara lain, tapi juga di Indonesia.
"Saat ini walaupun di Indonesia baru menemukan 2.000-an kasus tetapi secara kasus di masyarakat tentu lebih besar," tegasnya.
Menurut dia, salah satu cara ampuh untuk merespon Omicron yakni dengan memperkuat aspek testing, tracing. Karena tanpa adanya deteksi dini yang kuat, Indonesia tidak akan memiliki kemampuan memadai untuk memutus transmisi.
"Karena memutus penyebaran dengan menemukan kasus-kasus infeksinya, kasus-kasus kontaknya sehingga mereka bisa menjalani isolasi karantina yang efektif. Ini yang akan efektif memutus transmisi," urai dia.
"Meskipun misalnya testingnya tidak dengan PCR, tidak masalah. Dengan rapid test antigen digalakkan," tandas dia seperti dilansir wahananews.co. [CKZ]