Endang menyarankan selain berkontribusi dalam mencegah stunting melalui bimbingan berhenti merokok, uang untuk membeli rokok tersebut dialihkan untuk memberikan anak banyak asupan protein hewani seperti telur supaya terhindar dari stunting.
“Saya berharap keluarga-keluarga Indonesia mengalihkan belanjanya dan melakukan prioritas ulang pengeluarannya bukan untuk rokok,” ujarnya.
Baca Juga:
Korupsi APD Kemenkes, KPK Ungkap Satu Tersangka Beli Pabrik Air Minum Kemasan Rp60 Miliar
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu menambahkan bahwa layanan disediakan sebab konsumsi rokok dan hasil tembakau mempunyai dampak terhadap sosial ekonomi dan kesehatan.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2021 menyebutkan bahwa pengeluaran keluarga untuk konsumsi rokok tiga kali lebih banyak daripada pengeluaran untuk kebutuhan protein di keluarga, menyebabkan pengeluaran untuk belanja rokok merupakan terbesar kedua di keluarga dan tiga kali lebih tinggi daripada beli telur.
Rokok jadi persentase pengeluaran keluarga terbesar kedua sebanyak 11,9 persen, baik di perkotaan maupun di pedesaan dibandingkan untuk keluarga yang mengonsumsi makanan bergizi seperti telur, daging, dan ayam.
Baca Juga:
Kemenkes: Dampak Pestisida Sistemik pada Anggur Muscat Bisa Bertahan Meski Dicuci
Bagi masyarakat yang ingin berkonsultasi untuk berhenti merokok, bisa menghubungi layanan Kemenkes melalui Facebook Messenger @p2ptmkemenkesRI, Telegram pada tautan https://t.me/quitina_bot ataupun website resmi Kemenkes https://p2ptm.kemkes.go.id/.
Semua layanan dapat diakses secara gratis. [Tio/CKZ]