Marinus Gea mengajak dan menghimbau kepada para penggiat kebudayaan di Nias agar segera didaftarkan.
“Jangan sampai orang lain mengklaim, baru nanti kita baru teriak-teriak mengatakan itu budaya Nias, tetapi secara hukum bukan lagi ditangan kita,” imbuhnya.
Baca Juga:
Heboh Peserta Porseni NU 2023 Kesurupan, Ganjar: Ada Dedemitnya, Kesambet…
Ia pun memberikan contoh budaya Indonesia yang pernah diklaim oleh bangsa lain, sebut saja Budaya Reok Ponorogo sempat diklaim oleh Malaysia. Lalu kemudian Indonesia mempertahankan bahwa Reok Ponorogo adalah milik Indonesia.
“Apakah budaya Nias juga nanti bisa saja diklaim oleh bangsa-bangsa lain?, mungkin saja saja bisa terjadi,” ujarnya.
Oleh karena itu, mulai dari sekarang dalam jiwa generasi muda harus diperlihatkan dan ditanamkan supaya memahami apa yang menjadi kekayaan budaya Nias sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Baca Juga:
Kenalkan Budaya Daerah, Sanggar Binaan PLN Tampil di Pagelaran Seni Internasional
“Jadi pagelaran seni budaya ini sangat bermanfaat, dalam rangka pendidikan penguatan empat pilar kebangsaan adalah melestraikan budaya-budaya Indonesia melalui kegiatan-kegiatan pagelaran seni budaya,” pungkasnya.
Ditempat yang sama, Dekan FKIP UNIAS, Adieli Laoli, M.Pd., saat menyampaikan kata penutup mengucapkan terimakasih kepada MPR RI yang telah memilih UNIAS dalam melaksanakan pagelaran seni budaya dalam rangka pendidikan penguatan.
“Sekali lagi kami dari UNIAS menyampaikan terimakasih kepada MPR RI,” ucap Adieli.