WahanaNews-Nias | Malam itu, Kamis (20/10) sekiranya pukul 20.00 Wib, usai bermateri di sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Gunungsitoli Tahun 2021-2026 di Kantor Kecamatan Gunungsitoli Alo'oa, Kepala Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Bappelitbang) Kota Gunungsitoli, Karya Bate'e, mendapat ajakan dari seorang ASN Kantor Kecamatan untuk melihat salah satu keluarga yang sangat membutuhkan perhatian Desa Nazalou Lolowua.
Mendengar itu, Karya Bate'e yang juga seorang pelayan di gereja tergerak hatinya dan menyempatkan waktunya untuk melihat secara langsung kondisi keluarga tersebut meskipun saat itu sedang hujan.
Baca Juga:
Wamen Isyana Tinjau SPPG Binjai, Dorong Percepatan Zero Stunting di 2026
Tiba di lokasi, Karya Bate'e terenyuh melihat kondisi kehidupan kehidupan keluarga kecil itu.
Dua anak dari pasangan Ama Leon dan istri adalah penderita stunting.
Ama Leon yang sehari-harinya menyadap karet hanya berpenghasilan 3 kilogram karet per hari, jika diuangkan senilai Rp 15 ribu. Hal ini dikarenakan Ama Leon hanya kerja menyadap karet di kebun orang lain.
Baca Juga:
Perubahan Iklim Picu Stunting, Dokter Anak Peringatkan Dampaknya pada Gizi Anak
Penghasilan Rp 15 ribu itu tidak cukup untuk menghidupi ke tiga anaknya, akibatnya anak pertama berusia 4 tahun dan kedua berusia 3 menderita stunting, sementara anak bungsu masih berumur 1,5 tahun.
Parahnya, jika musim hujan Ama Leon tidak bisa menyadap karet, belum lagi mereka harus tinggal di gubuk berukuran 4 x 4 meter beratap rumbia.
Di gubuk ini, sehari-harinya mereka tinggal dengan kondisi yang sangat memprihatinkan, Ama Leon bersama istri dan anak-anaknya tidur dilantai beralaskan tikar, dapur tempat memasak beralaskan tanah, belum lagi alat penerangan listrik tidak ada.