Dari keluarga ibu kandung Umi Siti Hawa, semuanya dari Syarikat Islam, dan sebagian keluarga ayah bergabung ke Muhammadiyah.
Ketika keluarga ayah membangun sekolah Muallimin Muhammadiyah (4 th), mereka minta ayah Hamka, K.H. Abdul Qadir (Pengurus NU Barru) turut menjadi pembinanya, bahkan Hamka Haq juga pernah sekolah di Muallimin itu.
Baca Juga:
Kader Senior Diminta Tidak Terlalu Mencampuri Hasil Konpercab PDI Perjuangan Kota Medan
K.H. Abdul Qadir memberi nama kepada puteranya "Hamka", karena kagum pada sikap moderat Buya Prof. Dr. HAMKA, yang pernah berkunjung ke Barru dalam satu tabligh akbar di daerah itu. Walaupun jelas-jelas Buya Hamka adalah dari Muhammadiyah.
Sejak kecilnya, Hamka Haq termasuk pecinta Bung Karno.
Hampir semua pidato Bung Karno pada tahun 60-an pernah dibaca dan setengah hafal.
Baca Juga:
Dilantik, Yanto Kembali Nahkodai DPC PDIP Kota Gunungsitoli Periode 2025-2030
Ketika itu seorang wakil camat tinggal bersama di kediaman Hamka Haq, dan punya koleksi pidato Bung Karno.
Dan di sekolah, Hamka Haq senang menggambar Bung Karno saat pelajaran menggambar bebas.
Dia juga membaca habis buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, karya Cindy Adams, juga buku Dibwah Bendera Revolusi (versi lama).