Flores menurut Gubernur Jenderal Belanda di Batavia adalah tempat yang tepat untuk mengisolasi serta mematikan pergerakan revolusionernya.
"Perjuanganku akan berakhir disini karena aku telah dijauhkan dari tokoh-tokoh revolusi yang lain. Mereka akan berjuang tanpa aku," demikian Bung Karno mengungkapkan kegundahannya kepada Syaid Lanjar salah seorang sahabat asal Ende yang dia kenal di atas kapal.
Baca Juga:
Peringati Bulan Bung Karno, Kader PDI-Perjuangan Jalan Sehat Bareng Tri Adhianto & Ono Surono
Setelah menjejakkan kakinya di daratan Pelabuhan ini tentara pengawal dari Surabaya kemudian menyerahkan Soekarno pada tentara Hindia Belanda Ende.
Dalam pengawalan ketat Soekarno digiring menuju Pesanggrahan markas militer Belanda (sekarang kantor Detasemen Polisi Militer 16 Ende) yang berjarak kurang lebih 500 meter dari pelabuhan Ende untuk melapor diri.
Setibanya di pos militer ini Soekarno menemui pimpinan tentara Belanda yang telah menunggu kedatangannya dalam pertemuan itu terjadi perdebatan sengit antara Soekarno dengan pimpinan militer Belanda.
Baca Juga:
Bupati Karo Tinjau Proyek Pelebaran Jalan, Usulkan Pemugaran Akses ke Rumah Pengasingan Bung Karno
Soekarno menolak diasingkan ke Bajawa karena menurutnya ia bukanlah seorang penjahat melainkan tahanan politik yang mestinya mendapatkan tempat tinggal layak.
Apalagi Soekarno tidak sendirian ketika itu, ada Inggit Ganarsih sang istri, ibu Amsy mertuanya, Ratna Djuami anak angkatnya pun turut serta dalam pengasingan itu.
Menghadapi penolakan Soekarno, komandan militer Belanda tidak bisa berbuat banyak kecuali menuruti permintaan Soekarno.