Karena menolak ke Bajawa dan di Ende Belanda tidak menyediakan Rumah, maka Soekarno bersama keluarga di izinkan menginap sementara di ruang pemeriksaan, sampai ia menemukan rumah tinggal yang layak.
Namun dengan syarat di pagi hari harus dibersihkan karena sesuai waktu ruangan itu akan digunakan.
Baca Juga:
Peringati Bulan Bung Karno, Kader PDI-Perjuangan Jalan Sehat Bareng Tri Adhianto & Ono Surono
Menghadapi situasi ini Soekarno merasa sangat tertekan tetapi dengan hati lapang dan jiwa Ksatria-nya ia menerima itu semua dengan tegar hati.
Akhirnya di rumah sederhana di Tanah Timur Indonesia tersebut, Bung Karno tinggal bersama istrinya Inggit Garnasih, anak angkatnya Ratna Djuami, dan mertuanya Ibu Amsi. Selama masa pengasingannya, Bung Karno berhasil merumuskan Pancasila di Ende. Oleh karena itu, Ende dikenal sebagai Kota Pancasila.
Baca Juga:
Bupati Karo Tinjau Proyek Pelebaran Jalan, Usulkan Pemugaran Akses ke Rumah Pengasingan Bung Karno
Tradisi Masyarakat Ende
Merangkum dari berbagai sumber lain, selain menjadi kota Pancasila, Ende juga banyak menyimpan keragaman yang indah. Kampung Adat Wologai yang terletak di Ende Pulau Flores merupakan kampung adat yang terletak di ketinggian 1.045 meter di atas permukaan laut.
Bahkan, kampung adat ini diketahui telah berusia 800 tahun lamanya. Dahulu, sebelum dimulai pembangunan rumah harus dilaksanakan Ritual Naka Wisu, yaitu menyembelih seekor ayam kemudian menebang pohon di hutan pada pukul 12 malam.