Wisatawan dan para tamu yang hadir berjalan menuju tempat acara di area rumah adat yang menjadi Sekretariat Lembaga Adat Desa Tumori dan Sekretariat Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), dengan dikawal oleh fotuwusö (pemuda) yang berpakaian adat, dengan membawa toho (tombak) dan baluse (perisai), serta melantunkan syair-syair bölihae, yaitu tradisi penyemangat dalam perjalanan dengan iringan musik faritia (gong kecil).
Baca Juga:
Bawaslu Tapteng Telusuri Rekaman Audio Diduga Sekda Dukung Partai Peserta Pemilu
Hadir beserta para wisatawan, beberapa pejabat Kota Gunungsitoli, antara lain Wakil Walikota Gunungsitoli, Sowa'a Laoli, Kadis Pariwisata dan Kebudayaan, Nur Kemala Gulo, Sekdin Pariwisata dan Kebudayaan, Gilbert Orawan Zebua, Kadis Lingkungan Hidup, Arianto Zega, Kadis Perhubungan, Meiman Kristian Harefa, Kepala BKD, Eko Arianto Tello Zebua, SKom. Asisten Dua Bidang Ekonomi, Deslawati Zega, Camat Gunungsitoli Barat, Fitelinamawati Hulu, dan istri Walikota Gunungsitoli, Ny. Sukartini Lakhömizaro Zebua.
Sesampai di lokasi acara, peserta disambut dengan Tari Famalega Bola (tari mengusung tempat sirih) dengan pelatih tari Lastri Zebua, disusul dengan Fangowai dan Fame Afo (penyambutan berupa tutur adat oleh para tetua adat dan pemberian sirih kepada tamu) serta sajian Tari Folaya Ba Gowasa (tari yang biasa ditampilkan dalam pesta adat) dengan pelatih tari Fatizaro Zebua dan Solideo Zebua.
Di sela-sela atraksi budaya tesebut Wakil Walikota Gunungsitoli, Sowa'a Laoli, menyampaikan kata sambutan yang mengapresiasi terjaganya rumah adat dan tradisi warisan leluhur di Desa Tumöri, yang menarik untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata.
Baca Juga:
Suara Rekaman Diduga Sekdakab Tapteng Doktrin OPD Menangkan Salah Satu Partai Peserta Pemilu Beredar di Dunia Maya
"Saya sangat gembira dan mengapresiasi kegiatan ini, kehadiran tamu-tamu mancanegara di Desa Tumori dapat menjadi penyemangat bagi dunia pariwisata di Nias, khususnya di Kota Gunungsitoli," ucapnya.
Tamu Menyaksikan Aktivitas Keseharian Warga
Dalam kegiatan yang berlangsung sekitar lima jam ini para tamu juga menyaksikan berbagai atraksi wisata yang berupa aktivitas keseharian masyarakat Desa Tumori, seperti mogai akhe (memanjat pohon aren untuk mengambil nira sebagai bahan pembuatan tuo nifarö (tuak suling) dan tuo mbanua (tuak kampung), proses pembuatan gowi nifufu (ubi yang ditumbuk) dan molöwösi ba mbulu damo (membungkus makanan dengan daun).