"Kalaupun ada rumah adat yang rusak akibat gempa, itu bukanlah karena konstruksinya, melainkan disebabkan tanah yang longsor, karena kebanyakan rumah-rumah adat dibangun di atas bukit," ungkap Pariman Waruwu, Wakil Ketua BPD Desa Tumori.
Wisata untuk Pelestarian
Baca Juga:
Bawaslu Tapteng Telusuri Rekaman Audio Diduga Sekda Dukung Partai Peserta Pemilu
Permasalahan yang terjadi di saat ini adalah jumlah rumah-rumah adat Nias ini makin hari terus berkurang. Hal ini disebabkan karena adanya kejadian kebakaran, atau lebih banyak lagi karena para pemilik rumah tidak mampu membiayai perawatan rumah adat.
Sozatulo Zebua, Ketua Lembaga Adat Desa Tumöri menceritakan, "Dulu di jalan utama desa ini terdapat 25 rumah adat, saat ini tersisa tinggal 10 rumah. Setiap tahun rumah adat harus mengganti atap yang terbuat dari rumbia daun sagu, secara bertahap. Bila tidak diganti rumbia akan membusuk dan bocor. Biaya mengganti atap ini berkisar Rp 10-15 juta per tahun."
Sementara itu Ketua Pokdarwis Desa Tumori, Faduhusi Zebua, menyatakan, "Kegiatan wisata budaya yang sedang kami kembangkan ini bertujuan untuk melestarikan rumah adat dan warisan-warisan budaya dari leluhur kami. Nantinya, sebagian keuntungan dari wisata akan kami alokasikan untuk membantu biaya perawatan rumah adat."
Baca Juga:
Suara Rekaman Diduga Sekdakab Tapteng Doktrin OPD Menangkan Salah Satu Partai Peserta Pemilu Beredar di Dunia Maya
Karena itulah Pemerintah Desa Tumori menggandeng Perkumpulan HIDORA (Hiduplah Indonesia Raya), konsultan pariwisata dari Banyuwangi, Jawa Timur, untuk melakukan riset kajian dan perencanaan serta perancangan grand desain wisata Desa Tumori, sekaligus melakukan pendampingan masyarakat untuk mempersiapkan sumber daya manusia dalam persiapan dan pengelolaan wisata di desa.
"Pemerintah Desa menetapkan program unggulan desa yaitu pengembangan Wisata Desa Budaya sebagai langkah untuk pelestarian rumah adat dan seni budaya, sekaligus untuk pengembangan ekonomi meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ungkap Tonazaro Zebua, Kepala Desa Tumori.
Bachtiar Djanan, Wakil Ketua Perkumpulan HIDORA mengungkapkan, bahwa berdasarkan Exit Survey yang dilakukan Pemerintah RI kepada wisatawan mancanegara yang akan meninggalkan Indonesia setelah berwisata di nusantara, didapatkan data bahwa alasan wisatawan datang ke Indonesia adalah 60% karena budaya, 35% karena alam, dan 5% karena man made atau buatan.