WahanaNews.co | Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Arjuna Putra Aldino mengungkapkan, saat ini penegak hukum dan semua elemen masyarakat harus mewaspadai gerakan kebangkitan khilafah.
Peringatan itu ia sampaikan karena adanya perayaan, dan konvoi khilafah di Cawang, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.
Baca Juga:
Khilafatul Muslimin Lakukan Hidden Crimes, Artinya Apa Sih?
“Kami hanya mengingatkan agar kita tidak mudah melupakan sejarah, bahwa konvoi hingga kampanye terbuka tentang kebangkitan khilafah islamiyah jika tidak ditangani secara serius bisa menjadi embrio kebangkitan mewujudkan Negara Islam Indonesia (NII) yang pernah ada dalam sejarah Indonesia,” ungkap Arjuna, dalam keterangan tertulis, Rabu (1/6/2022) mengutip wahananews.co.
Menurutnya, sebagaimana sejarah, pendiri dan pengikut NII berupaya keras ingin mendirikan negara Islam dan memiliki keyakinan yang kukuh bahwa dirinya tengah berjuang menjalankan perintah Tuhan.
Namun, lanjutnya, dalam pengadilan mahkamah darurat perang pada 14 hingga 16 Agustus 1962, para pendiri dan pengikut NII terbukti merencanakan menggulingkan pemerintahan Republik Indoensia yang sah.
Baca Juga:
Khilafatul Muslimin Punya Universitas, Lulusannya Sarjana Apa?
“Gerakan ini tidak bisa diremehkan dan tidak bisa ditolerir. Karena mereka bersikukuh melakukan gerakan separatis mendirikan negara islam adalah menjalankan perintah Tuhan. Apalagi dalam sejarahnya secara hukum telah terbukti memiliki rencana menggulingkan Pemerintah Indonesia yang sah yang bersendikan Pancasila,” tegas Arjuna.
Arjuna juga mengungkapkan, menurut sejarahwan Jerman Holk H. Dengel, gerakan NII di Jawa Barat di tahun 1950-an telah bekerja sama dengan tentara APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) yang dikomandoi oleh Westerling.
Bahkan, Dengel menemukan bukti, bahwa gerakan NII waktu itu tengah merintis hubungan diplomatik dengan pemerintah Amerika Serikat (AS), dan Amerika Serikat sempat mengirimkan utusan untuk membicarakan kemungkinan bantuan AS kepada NII. Tapi utusan tersebut berhasil ditangkap pemerintah RI.