Dalam kesempatan itu, Camat Fanayama, Ronaldin Fau, menyambut baik atas pelaksanaan SOSPER ini. Ia berharap agar pelaksanaan kegiatan ini berjalan dengan sukses, dan yang paling utama adalah wujud nyata dan lebih-lebih pada bagaimana setelah Desa Bawomataluo telah menjadi cagar budaya nasional ini.
"Ke depan bisa segera ditindaklanjuti untuk menjadi cagar budaya kabupaten maupun provinsi, dan goal besarnya adalah Situs Warisan Dunia UNESCO," harap Ronaldin Fau.
Sementara itu, Si Ulu (tokoh masyarakat, cerdik pandai), Moarota Fau, menyampaikan mendukung kegiatan SOSPER yang dilakukan di Desa Bawomataluo, namun ia berharap tidak mau dijanjikan, yang penting adalah adanya wujud nyata kepariwisataan dan kebudayaan yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Desa.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Apresiasi Kepedulian Menparekraf dan Ketum PDIP terhadap Ancaman Pencabutan Status Kaldera Danau Toba oleh UNESCO
"Masyarakat Desa sebenarnya sudah capek dijanjikan oleh lembaga dan dinas yang masuk ke Desa Bawomataluo, tapi kenyataannya kurang memberi bermanfaat bagi ekonomi masyarakat," kata Moarota Fau.
Di tempat yang sama, Sekretaris Desa Bawomataluo, Salmen Manao, mengungkapkan bahwa selama ini Desa Bawomataluo didengungkan sebagai destinasi unggulan di Pulau Nias, namun sampai hari ini Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) di desa ini pun belum terbentuk, pengelolaan pariwisata di desa masih belum terorganisir dengan baik, karena belum ada pendampingan untuk masyarakat.
Pengelolaan Berbasis Pelestarian
Baca Juga:
Kecelakaan Balon Udara di Turki Lukai 19 Wisatawan Indonesia, Satu Pilot Tewas
Sedangkan Tri Andri Marjanto menjelaskan, Nias dengan berbagai kekayaan budayanya sebenarnya merupakan harta karun nusantara yang tak ternilai, namun sayangnya belum dikelola dengan optimal.
"Dikelola di sini maksudnya adalah menemukenali potensi, melestarikan, mengembangkan, dan memanfaatkannya untuk kesejaheteraan masyarakat, dengan tetap berpedoman pada pelestarian," jelas Tri Andri Marjanto.