Moderasi bertujuan untuk mencegah dari sikap dan praktek paham-paham radikal yang berpotensi menjadi gangguan kerukunan beragama. Sekarang hampir dicampurkan urusan agama dengan urusan politik, apa lagi ini menjelang tahun pokitik, ada saja orang-orang dan kelompok-kelompok yang membawa-bawa nama agama.
"Tadi saya baca di berita ada G20 yang akan dihadiri oleh Presiden Rusia yaitu Vadlimitir Putin, dan sekarang mulai ada gerakan, gesekan di Jakarta," katanya.
Baca Juga:
Pengacara Guru Supriyani Tak Puas Kapolsek Dicopot, Kini Bidik Aipda WH
"Apakah kerena dia (Putin) Ortodoks?, atau karena dia menyerang Ukraina, maka dia ditolak?, apa hubunganya, inilah paham-paham radikal itu," ujarnya.
'Maka tujuan moderasi ini adalah mencegah sikap dan praktek paham-paham keagamaan yang seakan-akan hanya agamanya yang paling benar. Memang, kita di Katolik masih belum terdapat, namun justru yang terjadi dengan kita adalah gesekan antara umat," ujarnya.
"Jadi ini literasi keagamaan, artinya kita mampu memahami ajaran agama kita, budaya toleransi antar sesama bagai mana kita menghargai orang lain dalam menjalankan ibadah keyakinannya," katanya.
Baca Juga:
Diduga Siswi Disabilitas Dilecehkan Guru SLB, Keluarga Lapor Polisi
Dalam kesempatan itu, ia mengingatkan jika dua minggu lagi umat muslim akan merayakan hari raya kurban. Menurutnya, sebagai sesama umat beragama harus saling menghargai.
"Bagaimana kita bisa melibatkan diri dalam hal ini, bagaiman kita bisa memberi dukungan setidak-tidaknya bagaimana kita menghargai hari raya saudara kita umat muslim," imbuhnya.
Selanjutnya, sambung dia, saat ini kerap terjadi kekerasan, bukan hanya di luar tetapi juga di dalam rumah tangga yang disebut dengan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).