WahanaNews-Nias | Sejak Universitas Nias (UNIAS) diresmikan oleh Menkum HAM, Yasonna H. Laoly, pada 28 Januari 2022 lalu, pembenahan terus dilakukan, mulai dari segi mutu, kualitas, SDM hingga sarana dan prasarana.
Di bawah formasi kepengurusan Yayasan yang baru, dengan Ketua Pembina, Ya'atulo Gulo, S.E., S.H., M.Si. dan Ketua Yaperti UNIAS, Marinus Gea, SE.,M.Ak, kemudian sebagai Pj. Rektor, Eliyunus Waruwu, S.Pt., M.Si, UNIAS makin melejit naik sebagai salah satu Perguruan Tinggi terdepan di Kepulauan Nias yang hadir dengan perubahan menjadi center of excellence.
Baca Juga:
787 Mahasiswa Baru UNIAS Ikuti Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus
Seiring dengan pembenahan yang semakin baik, membuat animo para siswa di Pulau Nias yang baru saja menamatkan studinya di tingkat SMA atau sederajat meningkat. Hal ini dibuktikan dengan membludaknya para peserta atau calon mahasiswa baru yang ingin mendaftar masuk ke UNIAS.
Pada tahap gelombang pertama ini, disebabkan hari libur, pendaftaran secara resmi baru dibuka sejak tanggal 6 Mei 2022, diketahui yang telah mendaftar secara online telah mencapai 300 orang lebih. Namun yang telah memenuhi secara administrasi sebanyak 180 orang.
"Sampai saat ini pada gelombang pertama, analisa kita animo siswa SMA/SMK yang telah menamatkan studinya untuk melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi, menurut hemat kita sudah menjatuhkan pilihan di Universitas Nias ini," ujar Pj. Rektor UNIAS, Eliyunus Waruwu, S.Pt., M.Si, kepada Nias.WahanaNews.co, di ruang kerjanya, jalan Yos Sudarso No. 118/E-S, Ombolata Ulu, Gunungsitoli, Sabtu (14/5/2022) sore.
Baca Juga:
Terima Izin Buka Prodi Baru Teknik Sipil dari LLDikti Sumut, UNIAS: Terus Berbenah
Eliyunus menuturkan, sebelumnya sewaktu masih IKIP dan STIE pada setiap kelulusan siswa untuk pendaftaran baru dibuka menunggu pengumuman kelulusan dari SMA/SMK.
"Sebelumnya, ketika masih IKIP dan STIE jadi pilihan terakhir dan bahkan sering saya dengar ada yang mengatakan jika lebih bagus nggak kuliah dari pada kuliah di IKIP atau di STIE," beber Eliyunus.
"Hal ini disebabkan karena banyak anak-anak kita yang baru menamatkan pendidikan di SMA/SMK memiliki persepsi bahwa mutu pendidikan di luar daerah jauh lebih baik dibandingkan dengan Perguruan Tinggi yang ada di Kepulauan Nias," ujarnya.