Dalam diskusi ini Sabata Laia, Kepala Desa Hilimondregeraya menyampaikan kondisi bahwa kelemahan utama desa ini adalah akses menuju desa yang jalannya rusak cukup parah.
"Di desa ini belum ada SMA, sehingga para pelajar SMA harus menempuh perjalanan sejauh 8 km ke kota Teluk Dalam untuk sekolah, dengan kondisi jalan yang rusak parah di banyak titik," ucap Sabata Laia.
Baca Juga:
Sambangi DPC HIMNI, Walkot Sowa'a Laoli Ajak Bergandengan Tangan Bangun Gunungsitoli
Trie Utami disambut di Desa Hilimondregeraya Nias Selatan. (Foto/Ist)
Camat Onolalu , Darnis Harita, menambahkan jalan ini dulu mulai rusak sekitar tahun 2010-1011.
“Dulu sesekali sudah ada turis mancanegara datang ke desa ini, namun seiring kerusakan jalan yang makin parah, maka kunjungan wisata pun menghilang,” kata Darnis Harita.
Baca Juga:
Peringatan HPN 2024, Andhika Laoly Ajak Insan Pers Suarakan Kebenaran dan Kawal Demokrasi
Menanggapi cerita tentang kondisi desa, Trie Utami mengatakan agar pemerintah di kabupaten, provinsi, dan pemerintah pusat "mendengar" keluhan warga desa, pemerintah desa dan stakeholders terkait harus bersinergi bersama, dan "membunyikan" potensi luar biasa dan masalah yang ada di desa, warga harus punya data yang komplit tentang potensi budaya desa yang sebetulnya sangat kaya ini.
"Bagi saya desa ini adalah oase kebudayaan yang sangat luar biasa, yang harus dijaga oleh warganya sendiri. Saya titip pada warga dan anak-anak muda, jangan sampai potensi budaya yang ada ini hilang, saya berharap anak cucu saya suatu saat kelak tetap dapat melihat potensi budaya yang hari ini ada. Dan saya akan membantu menyampaikan apa yang menjadi kebutuhan warga ini ke pihak-pihak terkait," ujar Trie Utami.