Menyambung Novrianti Ndruru, salah seorang mahasiswi semester 8, jurusan manajemen, FE UNIAS, Devi Laia, mengatakan tidak sepakat adanya perjokian skripsi, karena dapat merugikan mahasiswa itu sendiri. Bahkan untuk menjokikan skripsi harus merogoh kocek agar lebih mudah terlepas dari beban pembuatan sikripsi dan lebih mudah mendapatkan gelar sarjana.
"Saya sendiri tidak setuju karena merugikan mahasiswa dan itu membuang-buang uang, bagi saya yang masih sebagai beban keluarga dan juga bagi kedua orang tua saya, karena uang itu dicari bukan dengan mudah," imbuhnya.
Baca Juga:
2 Dosen FE UNIAS Diduga Terlibat Praktik 'Joki Skripsi' Dipecat, Ini Penjelasan Yaperti Nias
"Lalu harus membayar orang lain yang bahkan saya sendiri masih sanggup berpikir dan masih sanggup memberi ide-ide sendiri, tapi membayar ide orang lain yang belum tentu lebih bagus dari cara saya berpikir," ujarnya.
Menurutnya, membuat skripsi itu tinggal dari keinginan dan kemauan kita sendiri apa sebenarnya tujuan kita untuk kuliah.
"Kan bisa belajar sendiri atau belajar mandiri melalui google, belajar sendiri melalui perpustakaan. Banyak buku-buku di perpustakaan juga banyak buku-buku di google, dalam format PDF yang memberikan contoh-contoh tesis, atau contoh-contoh skripsi, apa pun jurusannya pasti ada, dan juga banyak jurnal-jurnal yang berkaitan dengan sumber-sumber dari rencana sikripsi yang ingin kita bawakan," jelasnya.
Baca Juga:
Tanggapan Dekan FE UNIAS soal Praktik ‘Joki Skripsi’ yang Menyeret Sejumlah Oknum Dosen
Ia mencontohkan, seperti di mata kuliahnya ada riset, cara menyusun penelitian, dan sikripsi, hal ini telah dipelajari pada semester V.
"Di situ kami diajari bagaimana menyusun sikripsi, bab I, bab II, bab III dan bab IV kalau itu analisis dan sampai bab V kalau itu kami ambil PPK," terangnya.
Dalam kesempatan itu, Devi Laia menyarankan agar dilakukan sosialisasi kepada adek-adek mahasiswa yang akan melaksanakan sikripsi.