Sehingga, pada workshop tersebut dengan tegas ia mengingatkan agar jangan ada dosen yang melakukan tindakan tidak terpuji seperti joki skripsi.
"Menurut saya bahwa ketika seseorang belajar di UNIAS, maka orang tersebut ingin pintar, tetapi dengan cara seperti begitu [joki skripsi_red] adalah cara untuk membodohi mereka [mahasiswa_red]," katanya.
Baca Juga:
787 Mahasiswa Baru UNIAS Ikuti Kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus
"Nah, ini begitu dahsyat, begitu besar dosa seorang dosen ketika dikategorikan oleh orang banyak dalam kapasitas sebagai akademisi, sebagai orang pintar lalu menggunakan kepintarannya itu untuk membodohi orang banyak," ketusnya.
Selain di workshop, pada kegiatan-kegiatan lainnya juga hal ini sering disampaikan dan diingatkannya kepada seluruh jajaran UNIAS agar berubah.
"Saya sampaikan kalau kita ini adalah satu keluarga dan kita harus menjaga UNIAS ini menjadi sebuah Universitas yang mencetak kader-kader unggul, oleh karena itu bagi teman-teman yang masih berbuat untuk tindakan-tindakan joki skripsi atau pelanggaran lainnya untuk bertobat, bertobat dan bertobat," kata Marinus Gea menceritakan.
Baca Juga:
Terima Izin Buka Prodi Baru Teknik Sipil dari LLDikti Sumut, UNIAS: Terus Berbenah
Namun ternyata pada perjalanannya, kata dia, teman-teman ini tetap termotivasi pada tindakan atau pelanggaran yang sudah terjadi. Melihat itu, kemudian ia meminta kepada Pj. Rektor untuk melakukan pengecekan dan evaluasi pada proses pembimbingan yang sedang masuk pada saat itu terhadap 350 mahasiswa agar dapat diketahui kepada siapa saja pembimbingannya.
Dalam pengecekan itu ditemukan 1 orang pembimbing ada yang diberikan beban untuk membimbing mulai dari 38 hingga 48 mahasiswa.
"Di sini kita sudah curiga, bahwa beban ini tidak mungkin bisa diselesaikan kalau dijalankan pembimbingnya dengan jumlah mahasiswa yang sebanyak itu," ujarnya.